
AS Mitigasi Risiko Perang Dagang, IHSG Menguat Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 July 2018 12:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,08% ke level 5.936,61 pada akhir sesi 1. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,09%, indeks Hang Seng naik 0,8%, indeks Nikkei naik 0,36%, dan indeks Strait Times naik 0,82%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,21 triliun dengan volume sebanyak 5,42 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 229.171 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT United Tractors Tbk/UNTR (+4,26%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,33%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,13%), PT Trikomsel Oke Tbk/TRIO (+13,39%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+4,23%).
Laju Wall Street yang positif dini hari tadi memotori positifnya kinerja bursa saham negara-negara Asia, termasuk Indonesia: indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 naik 0,48%, dan Nasdaq naik 0,47%.
Penyebab utama penguatan Wall Street adalah kinerja emiten yang solid. Saham Alphabet Inc, perusahaan induk dari Google, melonjak hingga 3,89% dan menjadi motor utama bagi penguatan Wall Street.
Pada kuartal II-2018, laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Alphabet mencapai US$ 10,58, di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$ 9,52. Pendapatan yang mencapai US$ 32,66 miliar pun berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka US$ 32,17 miliar.
Positifnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam mengindikasikan bahwa perang dagang yang dimulai oleh Presiden Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya belum berdampak signifikan kepada sektor riil.
Berbicara mengenai perang dagang, perkembangannya juga terbilang cukup positif. Walaupun pemerintahan AS masih bersikeras untuk menerapkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, mereka juga menyiapkan kompensasi guna memitigasi dampak negatif yang akan timbul.
Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa pemerintah AS berencana untuk memberikan bantuan hingga US$ 12 miliar kepada para petani di AS yang terdampak oleh perang dagang, seperti dikutip dari Reuters.
Paket bantuan ini dimaksudkan guna mendukung para petani dalam jangka pendek sembari AS dan China melakukan negosiasi terkait masalah-masalah di bidang perdagangan.
Sebagai catatan, produk-produk agrikultur AS seperti kedelai, produk susu, dan daging memang menjadi sasaran dari negara-negara yang tak senang dengan kebijakan dagang AS.
"Ini merupakan solusi jangka pendek yang akan memberikan Presiden Trump waktu untuk mengusahakan kebijakan perdagangan jangka panjang," papar Perdue.
Kebijakan ini lantas semakin meyakinkan investor bahwa setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu kedepan, perang dagang belum akan mempengaruhi perekonomian AS yang merupakan negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia secara signifikan.
Kemudian, aksi beli di pasar saham juga datang sebagai wujud dari apresiasi investor terhadap janji pemerintah China untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut termasuk relaksasi perpajakan dan peningkatan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China dan Asia tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Terakhir, penguatan rupiah juga memberikan suntikan energi bagi IHSG dengan mendorong investor asing melakukan beli bersih senilai Rp 8,3 miliar. Sampai dengan siang ini, rupiah menguat 0,14% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.505.
5 besar saham yang diburu investor asing diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 26,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 20,3 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 15,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,5 miliar), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE (Rp 5,7 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,21 triliun dengan volume sebanyak 5,42 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 229.171 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT United Tractors Tbk/UNTR (+4,26%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,33%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,13%), PT Trikomsel Oke Tbk/TRIO (+13,39%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+4,23%).
Penyebab utama penguatan Wall Street adalah kinerja emiten yang solid. Saham Alphabet Inc, perusahaan induk dari Google, melonjak hingga 3,89% dan menjadi motor utama bagi penguatan Wall Street.
Pada kuartal II-2018, laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Alphabet mencapai US$ 10,58, di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$ 9,52. Pendapatan yang mencapai US$ 32,66 miliar pun berada di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka US$ 32,17 miliar.
Positifnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam mengindikasikan bahwa perang dagang yang dimulai oleh Presiden Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya belum berdampak signifikan kepada sektor riil.
Berbicara mengenai perang dagang, perkembangannya juga terbilang cukup positif. Walaupun pemerintahan AS masih bersikeras untuk menerapkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, mereka juga menyiapkan kompensasi guna memitigasi dampak negatif yang akan timbul.
Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa pemerintah AS berencana untuk memberikan bantuan hingga US$ 12 miliar kepada para petani di AS yang terdampak oleh perang dagang, seperti dikutip dari Reuters.
Paket bantuan ini dimaksudkan guna mendukung para petani dalam jangka pendek sembari AS dan China melakukan negosiasi terkait masalah-masalah di bidang perdagangan.
Sebagai catatan, produk-produk agrikultur AS seperti kedelai, produk susu, dan daging memang menjadi sasaran dari negara-negara yang tak senang dengan kebijakan dagang AS.
"Ini merupakan solusi jangka pendek yang akan memberikan Presiden Trump waktu untuk mengusahakan kebijakan perdagangan jangka panjang," papar Perdue.
Kebijakan ini lantas semakin meyakinkan investor bahwa setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu kedepan, perang dagang belum akan mempengaruhi perekonomian AS yang merupakan negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia secara signifikan.
Kemudian, aksi beli di pasar saham juga datang sebagai wujud dari apresiasi investor terhadap janji pemerintah China untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut termasuk relaksasi perpajakan dan peningkatan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China dan Asia tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Terakhir, penguatan rupiah juga memberikan suntikan energi bagi IHSG dengan mendorong investor asing melakukan beli bersih senilai Rp 8,3 miliar. Sampai dengan siang ini, rupiah menguat 0,14% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.505.
5 besar saham yang diburu investor asing diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 26,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 20,3 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 15,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 7,5 miliar), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE (Rp 5,7 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular