Menko Darmin: Pelemahan Rupiah Ada Baiknya
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
24 July 2018 18:37
Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) tak selamanya berdampak buruk.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan dari pelemahan rupiah tersebut.
"Rupiah melemah ada jeleknya ada bagusnya," kata Darmin.
Dampak baik dari pelemahan rupiah menurut Darmin adalah bagaimana barang-barang ekspor Indonesia dapat dijual lebih murah di luar negeri. Sehingga, dia sebut hal pertama yang tengah digenjot pemerintah saat ini adalah secara gencar meningkatkan ekspor.
"Tapi, bila dikatakan kalau gitu jangan impor, tidak bisa. Banyak sekali barang yang kita perlu namun tak bisa hasilkan sendiri. Banyak sekali," tutur Darmin di Gedung Pudisklat Kementerian Luar Negeri, (24/7/2018).
Pelemahan rupiah, sambung Darmin akan membuat impor menjadi lebih mahal dari sebelumnya. Kondisi ini pun membuat pemerintah berpikir keras untuk memangkas impor agar neraca perdagangan bisa bergerak ke arah positif atau surplus.
Salah satu yang akan dilakukan pemerintah adalah mempercepat penggunaan bio diesel dalam campuran solar menjadi 20%. Sebab, impor non migas menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan.
"Selama ini itu hanya diwajibkan kepada kendaraan mobil pribadi dan sebagainya. Ada banyak yang sebenarnya bukan mobil, seperti pembangkit listrik tenaga diesel, kereta api yang bukan listrik, itu pakai solar juga," jelas Darmin.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan dari pelemahan rupiah tersebut.
"Rupiah melemah ada jeleknya ada bagusnya," kata Darmin.
"Tapi, bila dikatakan kalau gitu jangan impor, tidak bisa. Banyak sekali barang yang kita perlu namun tak bisa hasilkan sendiri. Banyak sekali," tutur Darmin di Gedung Pudisklat Kementerian Luar Negeri, (24/7/2018).
Pelemahan rupiah, sambung Darmin akan membuat impor menjadi lebih mahal dari sebelumnya. Kondisi ini pun membuat pemerintah berpikir keras untuk memangkas impor agar neraca perdagangan bisa bergerak ke arah positif atau surplus.
Salah satu yang akan dilakukan pemerintah adalah mempercepat penggunaan bio diesel dalam campuran solar menjadi 20%. Sebab, impor non migas menjadi penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan.
"Selama ini itu hanya diwajibkan kepada kendaraan mobil pribadi dan sebagainya. Ada banyak yang sebenarnya bukan mobil, seperti pembangkit listrik tenaga diesel, kereta api yang bukan listrik, itu pakai solar juga," jelas Darmin.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular