
Rupiah Melemah 0,39% terhadap Yen, Enam Hari Berturut-turut
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
24 July 2018 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah untuk kesekian kalinya kembali melemah terhadap yen Jepang. Akibatnya, rupiah terdepresiasi hingga 6 hari berturut-turut sejak pekan lalu.
Pada Selasa (24/7/2018) pukul 12:05 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 130,58. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan perdagangan kemarin. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak akhir Maret 2018.
Pelemahan ini berdampak kepada harga jual yen di atas Rp 133,00/JPY. Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 12:05 WIB:
Penguatan yen hari ini didorong ketegangan global yang semakin meluas. Setelah dunia disuguhi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kini perang lain sedang berlangsung yaitu perang mata uang.
Presiden AS Donald Trump yang lagi-lagi menjadi aktornya. Melalui cuitan di Twitter, Trump menuduh beberapa negara memanipulasi kurs untuk menguntungkan perdagangan. Sementara dolar AS seakan menguat sendirian sehingga ekspor AS menjadi kurang bisa bersaing.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump.
China sudah bereaksi dengan menolak tuduhan tersebut. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan bahwa nilai tukar yuan murni dibentuk oleh panawaran dan permintaan (supply and demand).
"China tidak punya niat untuk menggunakan pelemahan mata uang untuk mendorong ekspor. Kami berharap AS tetap tenang dan rasional," ujar Geng, dikutip Reuters.
Kementerian Keuangan AS dijadwalkan mengeluarkan daftar tahunan mengenai manipulator kurs pada 15 Oktober mendatang. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menyebutkan pelemahan yuan China akan menjadi salah satu yang mendapat kajian mendalam.
Kondisi perang yang semakin memanas membuat kecemasan di pasar semakin tinggi. Oleh karena itu, investor tetap memilih untuk berinvestasi di instrument safe haven di antaranya yen Jepang.
Hingga siang ini, yen jepang mampu menguat 0,04% di hadapan dolar AS. Selain dolar AS, yen pun mampu menguat terhadap mata uang lain di antaranya rupiah. Akibatnya, rupiah kembali tertekan selama 6 hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Selasa (24/7/2018) pukul 12:05 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 130,58. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan perdagangan kemarin. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak akhir Maret 2018.
![]() |
Pelemahan ini berdampak kepada harga jual yen di atas Rp 133,00/JPY. Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 12:05 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 125,95 | Rp 130,71 |
Bank BNI | Rp 127,25 | Rp 133,85 |
Bank BRI | Rp 129,97 | Rp 131,62 |
Bank BCA | Rp 126,95 | Rp 133,50 |
Penguatan yen hari ini didorong ketegangan global yang semakin meluas. Setelah dunia disuguhi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kini perang lain sedang berlangsung yaitu perang mata uang.
Presiden AS Donald Trump yang lagi-lagi menjadi aktornya. Melalui cuitan di Twitter, Trump menuduh beberapa negara memanipulasi kurs untuk menguntungkan perdagangan. Sementara dolar AS seakan menguat sendirian sehingga ekspor AS menjadi kurang bisa bersaing.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump.
China sudah bereaksi dengan menolak tuduhan tersebut. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan bahwa nilai tukar yuan murni dibentuk oleh panawaran dan permintaan (supply and demand).
"China tidak punya niat untuk menggunakan pelemahan mata uang untuk mendorong ekspor. Kami berharap AS tetap tenang dan rasional," ujar Geng, dikutip Reuters.
Kementerian Keuangan AS dijadwalkan mengeluarkan daftar tahunan mengenai manipulator kurs pada 15 Oktober mendatang. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menyebutkan pelemahan yuan China akan menjadi salah satu yang mendapat kajian mendalam.
Kondisi perang yang semakin memanas membuat kecemasan di pasar semakin tinggi. Oleh karena itu, investor tetap memilih untuk berinvestasi di instrument safe haven di antaranya yen Jepang.
Hingga siang ini, yen jepang mampu menguat 0,04% di hadapan dolar AS. Selain dolar AS, yen pun mampu menguat terhadap mata uang lain di antaranya rupiah. Akibatnya, rupiah kembali tertekan selama 6 hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular