Terkoreksi 1,2% Sepanjang Minggu lalu, IHSG Dibuka Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 July 2018 09:25
IHSG dibuka menguat 0,23% ke level 5.886,52 pada pagi hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,23% ke level 5.886,52 pada pagi hari ini. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi: indeks Kospi naik 0,02%, indeks Hang Seng naik 0,26%, indeks Nikkei turun 0,96%, indeks Strait Times turun 0,1% dan indeks Shanghai turun 0,5%.

Pelemahan IHSG yang mencapai 1,2% sepanjang pekan lalu nampak telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli. Apalagi, pergerakan nilai tukar rupiah juga mendukung. Di pasar spot, rupiah diperdagangkan menguat 0,07% ke level Rp 14.465/dolar AS.

Koreksi yang sudah begitu dalam membuat rupiah bisa rebound pada perdagangan hari ini. Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah hingga 0,7%, menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di kawasan Asia.

Di sisi lain, sejumlah risiko mengintai jalannya perdagangan. Pertama, isu perang dagang antara AS dengan China. Dalam wawancaranya dengan CNBC International, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa dirinya siap mengenakan bea masuk untuk setiap sen barang impor asal China yang masuk ke negaranya.

"Saya siap untuk naik menjadi 500," kata Trump. Pernyataan tersebut merujuk kepada nilai impor barang-barang asal China pada tahun 2017 yang mencapai US$ 505,5 miliar. Di sisi lain, AS hanya mengekspor barang senilai US$ 129,9 miliar ke Negeri Panda pada periode yang sama.

Sejauh ini, AS baru menaikkan bea masuk bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.

"Saya tak melakukan hal ini demi politik. Saya melakukannya guna melakukan hal yang benar untuk negara kita. Kita sudah dipermainkan oleh China untuk waktu yang lama," papar Trump lebih lanjut.

Pernyataan Trump ini lantas mengonfirmasi bahwa perundingan dagang dengan China tak berlangsung dengan baik. Situasinya kini bahkan menjadi semakin buruk.

Kedua, serangan Trump kepada the Federal Reserve selaku bank sentral AS. Trump menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.

"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.

Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular