
Pekan Lalu Tertekan, Rupiah Balas Dendam
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2018 08:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan pagi hari ini. Rupiah seakan ingin membalaskan dendam saat ditekan habis-habisan oleh greenback pada pekan lalu.
Pada Senin (23/7/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar dihargai Rp14.425. Menguat 0,35% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Seiring perjalanan, penguatan rupiah agak tergerus. Pada pukul 08:30 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.445. Rupiah masih menguat, tetapi tinggal 0,21%.
Rupiah bergerak searah dengan mata uang kawasan yang mampu membalikkan kedudukan di hadapan greenback. Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:31 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS memang sedang dalam posisi defensif. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0,18% pada pukul 08:36 WIB.
Ada dua kemungkinan terkait koreksi yang dialami dolar AS. Pertama, investor melakukan ambil untung setelah mata uang ini menguat dengan cukup cepat. Dalam tiga bulan terakhir, Dollar Index sudah menguat 3,67%.
Oleh karena itu, ada kemungkinan pelaku pasar mencairkan sejenak keuntungan yang didapat dari memegang dolar AS. Aksi jual yang melanda pun menjadi penekan mata uang ini.
Kemungkinan kedua, investor merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menilai pengetatan moneter oleh The Federal Reserve/The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, akibatnya ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Pernyataan ini lagi-lagi menimbulkan kekhawatiran di pasar. Investor khawatir independensi bank sentral bisa diterobos oleh kebijakan Trump yang cenderung proteksionis. Intervensi pemerintah terhadap bank sentral adalah hal yang agak haram di dunia keuangan, sehingga membuat pelaku pasar cemas.
Dua faktor ini berhasil menekan dolar AS dan membuatnya sulit berbicara banyak di hadapan berbagai mata uang, termasuk rupiah. Setelah sepanjang pekan lalu melemah 0,7%, rupiah pun memulai aksi balas dendamnya hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (23/7/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar dihargai Rp14.425. Menguat 0,35% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Seiring perjalanan, penguatan rupiah agak tergerus. Pada pukul 08:30 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.445. Rupiah masih menguat, tetapi tinggal 0,21%.
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,92 | +0,42 |
Yuan China | 6,76 | +0,06 |
Won Korea Selatan | 1.127,90 | -0,09 |
Dolar Taiwan | 30,57 | +0,06 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | +0,02 |
Rupee India | 68,73 | +0,41 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,15 |
Baht Thailand | 33,32 | -0,03 |
Peso Filipina | 53,39 | -0,18 |
Dolar AS memang sedang dalam posisi defensif. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) melemah 0,18% pada pukul 08:36 WIB.
Ada dua kemungkinan terkait koreksi yang dialami dolar AS. Pertama, investor melakukan ambil untung setelah mata uang ini menguat dengan cukup cepat. Dalam tiga bulan terakhir, Dollar Index sudah menguat 3,67%.
Oleh karena itu, ada kemungkinan pelaku pasar mencairkan sejenak keuntungan yang didapat dari memegang dolar AS. Aksi jual yang melanda pun menjadi penekan mata uang ini.
Kemungkinan kedua, investor merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menilai pengetatan moneter oleh The Federal Reserve/The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, akibatnya ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Pernyataan ini lagi-lagi menimbulkan kekhawatiran di pasar. Investor khawatir independensi bank sentral bisa diterobos oleh kebijakan Trump yang cenderung proteksionis. Intervensi pemerintah terhadap bank sentral adalah hal yang agak haram di dunia keuangan, sehingga membuat pelaku pasar cemas.
Dua faktor ini berhasil menekan dolar AS dan membuatnya sulit berbicara banyak di hadapan berbagai mata uang, termasuk rupiah. Setelah sepanjang pekan lalu melemah 0,7%, rupiah pun memulai aksi balas dendamnya hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular