Dolar AS Tinggalkan Rp 14.500, IHSG Ditutup Stagnan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 July 2018 16:49
IHSG ditutup menguat tipis 0,03% pada perdagangan hari ini ke level 5.872,78.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis 0,03% pada perdagangan hari ini ke level 5.872,78. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Hang Seng naik 0,76%, indeks Kospi naik 0,3%, indeks Shanghai naik 2,04%, dan indeks Stait Times naik 0,61%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,85 triliun dengan volume sebanyak 8,54 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 284.189 kali.

Saham-saham yang berkontribusi paling banyak dalam mendorong kenaikan IHSG diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,3%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+3,11%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,05%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,49%), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK (+5,95%).

Menghabiskan mayoritas waktu perdagangan di zona merah, IHSG mulai mengarah ke teritori positif pada menit-menit akhir perdagangan, seiring dengan rupiah yang berhasil menipiskan kekalahannya. Pada perdagangan hari ini, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 14.540/dolar AS (-0,48% dibandingkan penutupan hari Kamis, 19/7/2018) sebelum ditutup melemah tipis 0,03% pada akhir perdagangan di level Rp 14.475/dolar AS.

Ada dua hal yang menyebabkan rupiah bisa bangkit dari keterpurukannya. Pertama, posisi dolar AS yang berbalik melemah. Sempat menguat hingga 0,13%, indeks dolar AS melemah sebesar 0,01% pada akhir perdagangan IHSG. Sebelumnya, dolar AS menguat lantaran semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini, pasca rilis data tenaga kerja AS yang positif.

Jumlah warga yang mengambil tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 14 Juli turun secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir yakni sebesar 207.000 jiwa. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 220.000 jiwa.

Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Kemarin, Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.

"Kita membaik, dan setiap kali kita mambaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.

Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.

Namun, penguatan yang sudah kelewat kencang membuat investor melakukan ambil untung atas dolar AS. Terhitung semenjak 6 Juli 2018 sampai dengan penutupan perdagangan hari Kamis, indeks dolar AS sudah menguat sebesar 1,19%. Rupiah pun mampu memanfaatkan momentum ini untuk menipiskan kekalahannya.

Kedua, tak bisa dipungkiri bahwa besar kemungkinan ada campur tangan Bank Indonesia (BI) di balik kinclongnya pergerakan rupiah menjelang akhir perdagangan. Sebelumnya, BI memang sempat menyatakan kesiapannya dalam melakukan intervensi.

Seiring dengan rupiah yang bisa dengan drastis menipiskan kekalahannya, investor asing terdorong untuk melakukan aksi beli. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 55,4 miliar.

5 besar saham yang diburu investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 150,01 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 111,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 80,1 miliar), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 49,8 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 38 miliar).


TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular