Melemah 0,03%, Depresiasi Rupiah Terdalam Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2018 16:37
Jelang akhir perdagangan, depresiasi rupiah berkurang sangat signifikan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah pada perdagangan hari ini. Namun jelang akhir perdagangan, depresiasi rupiah berkurang sangat signifikan. 

Pada Jumat (20/7/2018), US$ 1 kala penutupan pasar dihargai Rp 14.475. Pelemahan rupiah tinggal tersisa 0,03%. 

Rupiah melemah 0,07% saat pembukaan pasar. Seiring jalan, pelemahan rupiah semakin menjadi dan sempat mencapai nyaris 0,5%. 

Namun selepas tengah hari, depresiasi rupiah mulai menipis. Sampai jelang-jelang akhir perdagangan rupiah mampu bergerak signifikan hingga pelemahan yang tersisa tinggal tipis saja. 

Posisi terlemah rupiah hari ini adalah Rp 14.540/US$. Sementara terkuatnya di Rp 14.470/US$. 

Reuters

Ada dua kemungkinan kinerja rupiah bisa membaik cukup lumayan (meski belum bisa menguat). Pertama adalah, rupiah mengikuti jalur mata uang kawasan yang mampu membalikkan kedudukan di hadapan dolar AS. 

Tadi pagi, rupiah dan berbagai mata uang Asia sama-sama tidak berkutik terhadap greenback. Namun semakin siang, penguatan greenback semakin terbatas. Akhirnya berbagai mata uang Asia mampu berbalik menguat. 

Dengan depresiasi 0,03%, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi terdalam kedua di Asia setelah yuan China. Sebagai informasi, Bank Sentral China (PBoC) kembali 'melemahkan' nilai tukar yuan China. PBoC menurunkan nilai tengah yuan sebesar 0,9% menjadi 6,7671/US$, terendah sejak 14 Juli. Batas tengah itu mengatur yuan hanya diperbolehkan melemah atau menguat 2%. 

Langkah ini ditempuh oleh Negeri Tirai Bambu untuk menjaga kinerja ekspor. Saat mata uang menguat, ekspor memang akan merasakan dampak negatif karena harga produk China menjadi lebih mahal di pasar dunia. 
 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:22 WIB, mengutip Reuters:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang112,41+0,04
Yuan China6,78-0,09
Won Korea Selatan1.133,79+0,05
Dolar Taiwan30,67+0,04
Dolar Hong Kong7,85+0,01
Rupee India68,83+0,26
Dolar Singapura1,37+0,27
Baht Thailand33,40+0,18
Peso Filipina53,37+0,40
 
Bisa jadi rupiah terimbas dampak pelemahan dolar AS. Setelah terus-menerus perkasa, dolar AS mulai defensif setelah pasar mencerna komentar Presiden AS Donald Trump.

Dalam wawancara dengan CNBC Internasional, Trump menegaskan bahwa penguatan dolar AS telah merugikan Negeri Paman Sam.
Sebab, dolar AS yang menguat membuat ekspor AS menjadi tidak kompetitif. Apalagi pada saat bersamaan dua negara mitra (atau rival?) dagang AS yaitu Jepang dan China mengalami depresiasi mata uang. 

Komentar Trump menjadi pelatuk yang membuat reli dolar AS berhenti. Bisa jadi rupiah mulai merasakan dampak sentimen ini.  

Sementara kemungkinan kedua adalah intervensi Bank Indonesia (BI). Mengutip Reuters, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menegaskan bank sentral melakukan stabilisasi rupiah di pasar valas dan obligasi pemerintah alias Surat Berharga Negara (SBN). 

"Pasti," tegas Mirza menjawab pertanyaan apakah BI melakukan intervensi di dua pasar. 

Namun, 'gerilya' BI sepertinya belum cukup untuk membuat rupiah menguat. Intervensi BI berhasil membuat penguatan rupiah menjadi terbatas, tetapi belum bisa mengangkat rupiah ke teritori positif. Artinya, aset yang dilepas investor lebih besar ketimbang guyuran valas BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular