
Dolar AS Terlalu Tangguh, Rupiah Terlemah Sejak Oktober 2015
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2018 08:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Rupiah menyentuh titik terlemahnya sejak Oktober 2015.
Pada Jumat (20/7/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar dibanderol Rp 14.480. Melemah 0,07% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun seiring perjalanan, rupiah terus melemah. Pada pukul 08.38 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.500 di mana rupiah melemah 0,21%. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak 2 Oktober 2015.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun tidak berkutik di hadapan dolar AS. Rupee India menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam, sementara rupiah berada di peringkat keempat.
Untuk mendapatkan informasi seputar kurs dolar AS, silakan klik di sini. Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:43 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS masih enggan melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama, menguat 0,11% pada pukul 08:45 WIB.
Kali ini energi greenback datang dari dari data ekonomi AS, di mana jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran berkurang secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir. Pekan lalu, klaim awal tunjangan pengangguran di AS turun 8.000 orang menjadi 207.000.
Ini merupakan angka terendah sejak Desember 1969. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah daripada konsensus yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan adanya kenaikan menjadi 220.000 orang.
Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam yang solid. Sebelumnya, ekonomi AS menciptakan 213.00 lapangan kerja pada Juni 2018, dengan tingkat pengangguran 4%.
Akibatnya, keyakinan terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed yang kian ketat pun menebal. Sepertinya semakin terkonfirmasi bahwa suku bunga acuan akan naik empat kali sepanjang 2018, bukan lagi tiga kali. Kenaikan suku bunga yang lebih agresif dibutuhkan untuk mengerem laju perekonomian AS agar tidak terjadi overheating.
Kenaikan suku bunga acuan, apalagi lebih agresif, tentu menjadi berita bagus untuk dolar AS. Greenback pun belum berhenti menguat dan dampaknya terasa hingga Asia. Rupiah pun terkena getahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Jumat (20/7/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar dibanderol Rp 14.480. Melemah 0,07% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun seiring perjalanan, rupiah terus melemah. Pada pukul 08.38 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.500 di mana rupiah melemah 0,21%. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak 2 Oktober 2015.
![]() |
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun tidak berkutik di hadapan dolar AS. Rupee India menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam, sementara rupiah berada di peringkat keempat.
Untuk mendapatkan informasi seputar kurs dolar AS, silakan klik di sini. Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:43 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 112,33 | +0,11 |
Yuan China | 6,80 | -0,49 |
Won Korea Selatan | 1.138,10 | -0,33 |
Dolar Taiwan | 30,69 | -0,07 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | 0,00 |
Rupee India | 69,01 | -0,57 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,18 |
Baht Thailand | 33,51 | -0,15 |
Peso Filipina | 53,57 | +0,03 |
Dolar AS masih enggan melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama, menguat 0,11% pada pukul 08:45 WIB.
Kali ini energi greenback datang dari dari data ekonomi AS, di mana jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran berkurang secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir. Pekan lalu, klaim awal tunjangan pengangguran di AS turun 8.000 orang menjadi 207.000.
Ini merupakan angka terendah sejak Desember 1969. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah daripada konsensus yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan adanya kenaikan menjadi 220.000 orang.
Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam yang solid. Sebelumnya, ekonomi AS menciptakan 213.00 lapangan kerja pada Juni 2018, dengan tingkat pengangguran 4%.
Akibatnya, keyakinan terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed yang kian ketat pun menebal. Sepertinya semakin terkonfirmasi bahwa suku bunga acuan akan naik empat kali sepanjang 2018, bukan lagi tiga kali. Kenaikan suku bunga yang lebih agresif dibutuhkan untuk mengerem laju perekonomian AS agar tidak terjadi overheating.
Kenaikan suku bunga acuan, apalagi lebih agresif, tentu menjadi berita bagus untuk dolar AS. Greenback pun belum berhenti menguat dan dampaknya terasa hingga Asia. Rupiah pun terkena getahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular