Bos Uni Eropa Temui Trump, Euro Menguat 0,26% terhadap Rupiah

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
19 July 2018 15:22
Pelemahan rupiah kembali terulang di hadapan euro menyusul potensi perdamaian antara AS dan Uni-Eropa dari ancaman perang dagang.
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah kembali terulang di hadapan euro pada siang ini, menyusul potensi perdamaian antara Amerika Serikat (AS) dan Uni-Eropa dari ancaman perang dagang. 

Pada Kamis (19/7/2018) pukul 15:00 WIB, 1 euro dibanderol Rp 16.793,54. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Pelemahan ini menyebabkan harga jual euro kembali di atas Rp 17.000/EUR.

Berikut data perdagangan di empat bank nasional terbesar hingga pukul 14:00 WIB:
 
BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 16.514,00Rp 16.934,00
Bank BNIRp 16.592,00Rp 17.008,00
Bank BRIRp 16.687,62Rp 16.902,50
Bank BCARp 16.578,00Rp 17.006,00

Penguatan euro terjadi menyusul mengendurnya tensi perang dagang antara AS dan Uni-Eropa. Pekan depan, para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan bertandang ke Washington untuk menyelesaikan kesepakatan terkait ancaman bea masuk mobil Uni Eropa sebesar 25%.

"Mereka (pemimpin Eropa) akan datang pada 25 Juli untuk bernegosiasi dengan kita. Kita nyatakan apabila tidak ada negosiasi yang adil, maka kita akan mengambil retribusi besar yang tidak ingin kita lakukan, tapi kita punya kekuatan besar untuk itu," ujar Trump pada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (18/07/2018), seperti dilansir dari Reuters. 
 

Sinyal aura perdamaian antara AS-Uni Eropa ini lantas menjadi sentimen positif bagi prospek perekonomian Uni-Eropa dan juga mendorong para investor global untuk mengoleksi mata uang kawasan tersebut. 

Di sisi lain, sentimen penguatan euro juga datang dari rilis data terbaru inflasi Juni 2018. Eurostat mengeluarkan rilis data inflasi per Juni yang tumbuh 2%. Angka tersebut telah mencapai target inflasi yang ditetapkan bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB).  

Saat inflasi mencapai target, maka bisa jadi ECB semakin mempercepat pengetatan moneternya.Sebelumya ECB akan melakukan pengetatan pada akhir 2018 melalui pengurangan pembelian obligasi.  

Dari sisi suku bunga acuan, ECB memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan, setidaknya hingga 2019. Namun, dengan kondisi inflasi yang telah mencapai target, terbuka peluang ECB merevisi keputusan tersebut. 

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) pun memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di 5,25%. Hal ini pun sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Hal ini mendorong euro semakin berjaya dan menekan rupiah 2 hari berturut-turut. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular