
Investor Masih Hati-hati, Rupiah Tak Mampu menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 July 2018 12:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan hari ini. Namun gerak rupiah tidak terlalu dinamis, pertanda bahwa investor cenderung wait and see.
Pada Kamis (19/7/2018) pukul 12:13 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.420. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Rupiah dibuka stagnan pada perdagangan hari ini. Namun setelah itu rupiah bergerak melemah, meski dalam laju yang tidak terlalu fluktuatif.
Posisi terlemah rupiah sampai siang ini ada di Rp 14.425/US$. Sementara terkuatnya ada di Rp 14.400 saat pembukaan pasar.
Rupiah senasib dengan mata uang Asia yang juga cenderung melemah terhadap dolar AS. Depresiasi rupiah sebenarnya tidak terlalu dalam, beberapa mata uang utama Benua Kuning mengalami pelemahan yang lebih dalam.
Untuk mendapatkan informasi seputar kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:29 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Kali ini, bahan bakar penguatan greenback adalah pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Kongres AS. Ini merupakan rangkaian laporan ekonomi semester I-2018 kepada legislatif, setelah kemarin Powell pun memberi paparan di Senat.
Dalam pidatonya di Kongres, Powell menegaskan kembali arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Dengan perekonomian AS yang akan terus tumbuh sampai beberapa tahun ke depan, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap masih menjadi pilihan kebijakan.
Pernyataan Powell membuat keyakinan investor menebal bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.
"Ekonomi AS membaik dan suku bunga akan naik. Itu baik untuk dolar AS dan negatif untuk yang lainnya," ujar Ronald Leung, Chief Dealer di Lee Cheong Gold Dealers yang berbasis di Hong Kong, mengutip Reuters.
Sementara dari dalam negeri, investor cenderung hati-hati karena menantikan pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Investor pun wait and see menantikan keputusan BI. Kehati-hatian investor membuat rupiah minim dinamika dan tidak mampu melawan keperkasaan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (19/7/2018) pukul 12:13 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.420. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Rupiah dibuka stagnan pada perdagangan hari ini. Namun setelah itu rupiah bergerak melemah, meski dalam laju yang tidak terlalu fluktuatif.
![]() |
Rupiah senasib dengan mata uang Asia yang juga cenderung melemah terhadap dolar AS. Depresiasi rupiah sebenarnya tidak terlalu dalam, beberapa mata uang utama Benua Kuning mengalami pelemahan yang lebih dalam.
Untuk mendapatkan informasi seputar kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 08:29 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 112,74 | +0,08 |
Yuan China | 6,74 | -0,32 |
Won Korea Selatan | 1.131,40 | -0,11 |
Dolar Taiwan | 30,62 | -0,10 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | +0,01 |
Rupee India | 68,81 | -0,28 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,17 |
Baht Thailand | 33,38 | -0,27 |
Peso Filipina | 53,52 | -0,13 |
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Kali ini, bahan bakar penguatan greenback adalah pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Kongres AS. Ini merupakan rangkaian laporan ekonomi semester I-2018 kepada legislatif, setelah kemarin Powell pun memberi paparan di Senat.
Dalam pidatonya di Kongres, Powell menegaskan kembali arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Dengan perekonomian AS yang akan terus tumbuh sampai beberapa tahun ke depan, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap masih menjadi pilihan kebijakan.
Pernyataan Powell membuat keyakinan investor menebal bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.
"Ekonomi AS membaik dan suku bunga akan naik. Itu baik untuk dolar AS dan negatif untuk yang lainnya," ujar Ronald Leung, Chief Dealer di Lee Cheong Gold Dealers yang berbasis di Hong Kong, mengutip Reuters.
Sementara dari dalam negeri, investor cenderung hati-hati karena menantikan pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Investor pun wait and see menantikan keputusan BI. Kehati-hatian investor membuat rupiah minim dinamika dan tidak mampu melawan keperkasaan greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Most Popular