
Ditekan Luar-Dalam, Rupiah Melemah di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 July 2018 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar (Amerika Serikat) di kurs acuan masih melemah. Rupiah juga melemah di pasar spot, sama seperti berbagai mata uang Asia.
Pada Kamis (19/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Soot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.418. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah pun bernasib serupa. Pada pukul 10:11 WIB, rupiah melemah 0,1% dan US$ 1 dihargai Rp 14.415. Untuk mendapatkan informasi sepuat kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Mata uang utama Asia pun cenderung melemah di hadapan dolar AS. Gelombang apresiasi greenback memang melanda dunia, termasuk di Benua Kuning.
Depresiasi rupiah sebenarnya masih lumayan, beberapa mata uang lain melemah lebih dalam. Mata uang dengan pelemahan terdalam saat ini adalah yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:15 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS perkasa setelah pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Kongres AS. The Fed sedang dalam fase laporan perekonomian semester I-2018 kepada legislatif, kemarin The Fed memberikan paparan kepada Senat.
Dalam pidatonya di Kongres, Powell menegaskan kembali arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Dengan perekonomian AS yang akan terus tumbuh sampai beberapa tahun ke depan, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap masih menjadi pilihan kebijakan.
Pernyataan Powell membuat keyakinan investor menebal bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.
Sementara dari dalam negeri, investor menantikan hasil Rapat Dewan Gubenur Bank Indonesia (RDG BI) edisi Juli 2018. Siang ini, BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Jika sampai ada kejutan dari BI (misalnya dengan kenaikan suku bunga), maka rupiah akan mendapatkan dorongan yang signifikan. Kenaikan suku bunga akan memancing arus modal asing untuk masuk ke Indonesia, dan ini bisa menjadi fondasi penguatan rupiah yang kemudian berdampak positif bagi IHSG.
Namun bila masih ditahan pun tetap sesuai dengan ekspektasi pasar. Artinya tidak ada dampak negatif yang tercipta, karena sudah diperhitungkan.
Apalagi BI sudah menaikkan suku bunga acuan cukup agresif, 100 basis poin dalam 3 bulan terakhir. Tentu pasar memaklumi bila BI membutuhkan jeda untuk kenaikan berikutnya, kalau memang ada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (19/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Soot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.418. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan hari sebelumnya.
![]() |
Sementara di pasar spot, rupiah pun bernasib serupa. Pada pukul 10:11 WIB, rupiah melemah 0,1% dan US$ 1 dihargai Rp 14.415. Untuk mendapatkan informasi sepuat kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Depresiasi rupiah sebenarnya masih lumayan, beberapa mata uang lain melemah lebih dalam. Mata uang dengan pelemahan terdalam saat ini adalah yuan China.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:15 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 112,72 | +0,10 |
Yuan China | 6,74 | -0,33 |
Won Korea Selatan | 1.131,90 | -0,15 |
Dolar Taiwan | 30,63 | -0,15 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | +0,01 |
Rupee India | 68,62 | -0,29 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,18 |
Baht Thailand | 33,38 | -0,27 |
Peso Filipina | 53,52 | -0,13 |
Dolar AS perkasa setelah pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Kongres AS. The Fed sedang dalam fase laporan perekonomian semester I-2018 kepada legislatif, kemarin The Fed memberikan paparan kepada Senat.
Dalam pidatonya di Kongres, Powell menegaskan kembali arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Dengan perekonomian AS yang akan terus tumbuh sampai beberapa tahun ke depan, maka kenaikan suku bunga acuan secara bertahap masih menjadi pilihan kebijakan.
Pernyataan Powell membuat keyakinan investor menebal bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.
Sementara dari dalam negeri, investor menantikan hasil Rapat Dewan Gubenur Bank Indonesia (RDG BI) edisi Juli 2018. Siang ini, BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Jika sampai ada kejutan dari BI (misalnya dengan kenaikan suku bunga), maka rupiah akan mendapatkan dorongan yang signifikan. Kenaikan suku bunga akan memancing arus modal asing untuk masuk ke Indonesia, dan ini bisa menjadi fondasi penguatan rupiah yang kemudian berdampak positif bagi IHSG.
Namun bila masih ditahan pun tetap sesuai dengan ekspektasi pasar. Artinya tidak ada dampak negatif yang tercipta, karena sudah diperhitungkan.
Apalagi BI sudah menaikkan suku bunga acuan cukup agresif, 100 basis poin dalam 3 bulan terakhir. Tentu pasar memaklumi bila BI membutuhkan jeda untuk kenaikan berikutnya, kalau memang ada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular