
Produksi AS, Rusia, dan OPEC Bertambah, Harga Minyak Melandai
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 July 2018 10:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis 0,09% ke US$68,82/barel, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi 0,21% ke US$72,75/barel, pada perdagangan hari ini Kamis (19/07/2018) hingga pukul 09.05 WIB.
Harga sang emas hitam mulai melandai, setelah pada perdagangan kemarin ditutup menguat cukup signifikan. Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari Rabu (18/07/2018), harga minyak kompak menguat di kisaran 1%.
Kuatnya harga minyak kemarin ditopang oleh cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) AS yang jatuh sebanyak 3,2 juta barel pada pekan lalu. Cadangan destilat (termasuk bahan bakar diesel dan pemanas) turun 371.000 barel, seperti dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA).
Nilai itu masih di bawah konsensus yang dihimpun Reuters, di mana cadangan BBM AS diperkirakan tidak mengalami perubahan, sedangkan cadangan destilat diestimasikan bertambah sekitar 900.000 barel. Semakin langkanya BBM di Negeri Paman Sam ini lantas mampu mengerek harga minyak naik.
Tidak hanya itu, energi positif bagi harga minyak di perdagangan kemarin juga ditopang oleh tumbuhnya permintaan di AS. Masih dari data EIA, net impor minyak mentah AS naik menjadi 2,2 juta barel/hari pada pekan lalu
Meski demikian, pergerakan harga minyak hari ini masih terbatas oleh pembacaan data lainnya oleh EIA. Cadangan minyak mentah AS bertambah sebanyak 5,8 juta barel pada pekan lalu, jauh lebih besar dari penurunan sebanyak 3,6 juta barel yang diekspektasikan pasar.
(roy) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Harga sang emas hitam mulai melandai, setelah pada perdagangan kemarin ditutup menguat cukup signifikan. Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari Rabu (18/07/2018), harga minyak kompak menguat di kisaran 1%.
Kuatnya harga minyak kemarin ditopang oleh cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) AS yang jatuh sebanyak 3,2 juta barel pada pekan lalu. Cadangan destilat (termasuk bahan bakar diesel dan pemanas) turun 371.000 barel, seperti dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA).
Tidak hanya itu, energi positif bagi harga minyak di perdagangan kemarin juga ditopang oleh tumbuhnya permintaan di AS. Masih dari data EIA, net impor minyak mentah AS naik menjadi 2,2 juta barel/hari pada pekan lalu
![]() |
Meski demikian, pergerakan harga minyak hari ini masih terbatas oleh pembacaan data lainnya oleh EIA. Cadangan minyak mentah AS bertambah sebanyak 5,8 juta barel pada pekan lalu, jauh lebih besar dari penurunan sebanyak 3,6 juta barel yang diekspektasikan pasar.
Sementara itu, produksi minyak mentah mingguan negeri adidaya juga mencapai 11 juta barel/hari, atau merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah AS. Nilai ini sekarang hanya terlampau tipis saja dari produsen minyak terbesar dunia, Rusia, yang mampu memproduksi minyak hingga 11,2 juta barel/hari pada awal Juli lalu.
Kemudian, pasar minyak global juga masih mewaspadai peningkatan produksi minyak dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, untuk mengompensasi terjadinya disrupsi pasokan di Venezuela dan Libya.
Sebagai informasi, sejak awal 2017, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) sepakat untuk mengurangi produksi minyaknya untuk mengerek harga minyak global yang terpuruk kala itu.
Namun, berdasarkan dua sumber yang familiar dengan masalah ini, tingkat kepatuhan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC dan mitra produsen non-OPEC, telah turun di kisaran 120% pada bulan Juni lalu, dari 147% di Bulan Mei, seperti dikutip dari Reuters. Hal ini lantas menjadi pemberat bagi harga minyak Eropa pada pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Kemudian, pasar minyak global juga masih mewaspadai peningkatan produksi minyak dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, untuk mengompensasi terjadinya disrupsi pasokan di Venezuela dan Libya.
Sebagai informasi, sejak awal 2017, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) sepakat untuk mengurangi produksi minyaknya untuk mengerek harga minyak global yang terpuruk kala itu.
Namun, berdasarkan dua sumber yang familiar dengan masalah ini, tingkat kepatuhan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC dan mitra produsen non-OPEC, telah turun di kisaran 120% pada bulan Juni lalu, dari 147% di Bulan Mei, seperti dikutip dari Reuters. Hal ini lantas menjadi pemberat bagi harga minyak Eropa pada pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular