Analisis Teknikal

Saham BBRI Masih Tertekan Sepekan ke Depan

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
18 July 2018 16:42
Koreksi harga saham BBRI sebesar 20,94% sepanjang tahun berjalan berpeluang berlanjut sepekan ke depan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 20,94% sepanjang tahun berjalan mendorong perseroan buka suara untuk meredakannya. Namun, grafik pergerakan harga bank pelat merah tersebut berkata lain.

Sepanjang sepekan ke depan, saham perseroan secara teknikal masih berpeluang tertekan. Pada Rabu (18/7/2018), harga saham bank BUMN tersebut turun 0,7% ke level Rp 2.850 per unit.

Menurut Sekretaris Perusahaan BRI, Bambang Tribaroto, mayoritas saham perbankan memang sedang tertekan oleh faktor eksternal mengingat pertumbuhan kredit BRI masih sesuai dengan ekspektasi dan tingkat kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang rendah.

"Oleh sebab itu, faktor eksternal lebih dominan yang menurunkan saham perbankan domestik belakangan ini," ujarnya kepada CNBC Indonesia hari ini.

Secara tahun berjalan (year to date/YTD), saham BBRI terkoreksi 20,94% atau lebih parah dibandingkan dengan koreksi indeks sektor keuangan yang hanya turun sebesar 9,59%.

Pada Selasa (17/7/2018), saham BBRI diperdagangkan pada Rp 2.850-Rp 2.900 per unit dengan nilai transaksi Rp 205 miliar. Adapun investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp 100 miliar.

Berikut analisis teknikal pergerakan BBRI dari tim riset CNBC Indonesia:
Saham BBRI Masih Tertekan Sepekan ke DepanSumber: Reuters
Secara jangka menengah BBRI bergerak menyamping (sideways), dengan area penghalang (resistance) pada level Rp 3.200 per unit dan area penopang (support) pada level Rp 2.800.

Penurunan saham BBRI kemarin membentuk pola lilin hitam pendek (short black candle) yang merupakan penurunan tren bersifat sedang. 

Mengacu pada beberapa indikator teknikal seperti rerata pergerakan hari (moving average/MA) BBRI cenderung tertekan dalam jangka pendek, karena harga sahamnya diperdagangkan pada level di bawah garis rerata pergerakan 5, 10 dan 20 hari (MA-5, MA-10 dan MA-20).

Berdasarkan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) BBRI cenderung mengarah turun atau pada posisi persilangan mati (dead cross).

Meskipun demikian, indikator stochastic slow BBRI sudah berada pada area jenuh jual (oversold) atau dianggap sudah cukup murah sehingga ada potensi tidak turun lebih dalam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/wed) Next Article Laba 2023 Naik 17% Lebih, Saham BBRI Langsung Tancap Gas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular