
Merespons The Fed dan Menunggu BI, Rupiah Terlemah di Asia

Pada Rabu (18/7/2018) pukul 12:04 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.408. Rupiah melemah 0,3%.
Rupiah sudah melemah sejak pembukaan pasar, yaitu 0,14%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam.
![]() |
Tidak hanya rupiah, mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Namun dengan depresiasi 0,3%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Benua Kuning.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 12:11 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 112,99 | -0,12 |
Yuan China | 6,70 | -0,03 |
Won Korea Selatan | 1.128,90 | -0,26 |
Dolar Taiwan | 30,57 | -0,13 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | 0,00 |
Rupee India | 68,48 | -0,09 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,11 |
Baht Thailand | 33,32 | -0,06 |
Peso Filipina | 53,43 | -0,08 |
Dolar AS kian melaju. Pada pukul 12:13 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,16%. Indeks ini terus menguat sejak tadi malam.
Greenback mendapat angin segar dari pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Senat AS. Dalam pidatonya, Powell kembali menegaskan bahwa bank sentral masih dalam jalur menaikkan suku bunga secara bertahap.
Meski hal ini sudah diantisipasi oleh pasar sejak rapat The Fed pertengahan Juni lalu, tetapi masih menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.
Sentimen ini berhasil membuat dolar AS digdaya dan menjadi raja mata uang dunia. Penguatan dolar AS terjadi secara luas, termasuk di Asia. Rupiah pun menjadi korbannya.
Namun, mengapa rupiah melemah lebih dalam ketimbang mata uang Asia lainnya?
Ada pula sentimen domestik yang ikut membebani rupiah. Sepertinya investor cenderung wait and see jelang pengumuman suku bunga acuan esok hari.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan ‘hold’. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Oleh karena itu, investor pun memilih untuk bermain aman sambil menanti keputusan BI. Sikap ini dilakukan dengan melepas aset-aset berbasis rupiah.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 164,83 miliar pada perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 7,593% dari penutupan kemarin di 7,56%.
Pelepasan aset-aset ini semakin membebani rupiah. Tekanan luar-dalam ini membuat rupiah jadi mata uang dengan depresiasi terdalam di Asia hingga tengah hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$