
Fed Hampir Pasti Naikkan Bunga Empat Kali, Dolar AS Perkasa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2018 10:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs acuan. Greenback pun kembali menembus level Rp 14.400.
Pada Rabu (18/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.406. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.400 di mana rupiah melemah 0,24%.
Keperkasaan dolar AS berlangsung luas, termasuk di Asia. Namun sejauh ini, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi terdalam di antara mata uang utama Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:10 WIB, mengutip Reuters:
Rupiah ditekan luar-dalam. Dari luar, laju dolar AS kali ini didorong oleh paparan Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di depan Senat AS.
Meski tanpa kejutan, paparan Powell menegaskan kembali bahwa The Fed kemungkinan besar akan mengeksekusi dua kali kenaikan suku bunga lagi, sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan awal yaitu tiga kali.
"Data-data terkini sangat mengesankan. Lapangan kerja tumbuh cepat, pendapatan masyarakat meningkat, optimisme di level rumah tangga telah mengangkat konsumsi dalam beberapa bulan terakhir. Investasi oleh dunia usaha juga tumbuh sehat," papar Powell.
Data teranyar adalah produksi industri AS yang naik 0,6% secara bulanan pada Juni 2018. Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi (minus) 0,5%. Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS berjalan di jalur yang benar.
Jika peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih. Greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat.
Sementara dari dalam negeri, investor cenderung wait and see jelang pengumuman suku bunga acuan. Hari ini, Bank Indonesia (BI) memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan. Bank sentral akan mengumumkan suku bunga acuan esok hari.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'.
Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Sembari menunggu, investor cenderung bersikap hati-hati. Aset-aset berbasis rupiah pun mendapat tekanan jual.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 139,75 miliar hingga pukul 10:14 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 7,605% pada pukul 10:15 WIB dari penutupan kemarin di 7,56%. Kenaikan yield menandakan harga sedang turun karena instrumen ini banyak dilepas.
Penjualan aset ini menjadi salah satu kontributor depresiasi rupiah. Pukulan luar-dalam ini membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (18/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.406. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan hari sebelumnya.
![]() |
Di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.400 di mana rupiah melemah 0,24%.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:10 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 112,93 | -007 |
Yuan China | 6,70 | +0,02 |
Won Korea Selatan | 1.127,19 | -0,11 |
Dolar Taiwan | 30,55 | -0,04 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | 0,00 |
Rupee India | 68,42 | +0,18 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,10 |
Baht Thailand | 33,32 | -0,06 |
Peso Filipina | 53,45 | -0,12 |
Rupiah ditekan luar-dalam. Dari luar, laju dolar AS kali ini didorong oleh paparan Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di depan Senat AS.
Meski tanpa kejutan, paparan Powell menegaskan kembali bahwa The Fed kemungkinan besar akan mengeksekusi dua kali kenaikan suku bunga lagi, sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan awal yaitu tiga kali.
"Data-data terkini sangat mengesankan. Lapangan kerja tumbuh cepat, pendapatan masyarakat meningkat, optimisme di level rumah tangga telah mengangkat konsumsi dalam beberapa bulan terakhir. Investasi oleh dunia usaha juga tumbuh sehat," papar Powell.
Data teranyar adalah produksi industri AS yang naik 0,6% secara bulanan pada Juni 2018. Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi (minus) 0,5%. Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS berjalan di jalur yang benar.
Jika peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih. Greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat.
Sementara dari dalam negeri, investor cenderung wait and see jelang pengumuman suku bunga acuan. Hari ini, Bank Indonesia (BI) memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan. Bank sentral akan mengumumkan suku bunga acuan esok hari.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'.
Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Sembari menunggu, investor cenderung bersikap hati-hati. Aset-aset berbasis rupiah pun mendapat tekanan jual.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 139,75 miliar hingga pukul 10:14 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 7,605% pada pukul 10:15 WIB dari penutupan kemarin di 7,56%. Kenaikan yield menandakan harga sedang turun karena instrumen ini banyak dilepas.
Penjualan aset ini menjadi salah satu kontributor depresiasi rupiah. Pukulan luar-dalam ini membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular