Rupiah Lesu di Pasar Spot Tapi Menguat di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2018 10:38
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat di kurs acuan. Sementara di pasar spot, nasib rupiah tidak seberuntung itu.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs acuan. Sementara di pasar spot, nasib rupiah tidak seberuntung itu. 

Pada Selasa (17/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.391. Rupiah menguat tipis 0,03%. 

Rupiah Lesu di Pasar Spot Tapi Menguat di Kurs AcuanFoto: Reuters
 
Namun di pasar spot, rupiah justru kurang bertaji. Pada pukul 10:10 WIB, rupiah melemah 0,1% di mana US$ 1 dihargai Rp 14.385. 

Pelaku pasar menilai penguatan rupiah sedikit banyak ditopang oleh rilis data neraca perdagangan. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perdagangan internasional di mana neraca perdagangan Juni 2018 mencatat surplus US$ 1,74 miliar. 

Surplus ini memberikan persepsi bahwa aliran devisa dari sektor perdagangan masih terjaga. Ini bisa menjadi fondasi yang sehat bagi rupiah. 

"Kinerja perdagangan Juni bisa memberikan keyakinan bahwa faktor eksternal Indonesia membaik," sebut kajian UOB. 

Meski memberi ruang bagi investor untuk bernafas lega, riset UOB menambahkan surplus perdagangan Juni sepertinya belum bisa membuat defisit transaksi berjalan (current account) membaik. Sebab, neraca perdagangan pada April dan Mei sudah defisit cukup dalam yaitu masing-masing US4 1,63 miliar dan US$ 1,52 miliar. 

"Namun, kami tetap melihat bahwa data neraca perdagangan ini positif karena mendukung defisit transaksi berjalan ke arah sasarannya yaitu di bawah 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB)," sebut kajian UOB.

Wisnu Wardana, Ekonom Bank Danamon, berpendapat serupa. Dia menilai sisi eksternal Indonesia terus membaik ke arah yang semestinya.

"Selama semester I-2018, ekspor produk manufaktur meningkat, tidak hanya batu bara atau CPO (minyak sawit mentah). Kemudian di sisi impor, lajunya melambat karena investasi yang semakin besar di industri substitusi impor. Oleh karena itu, kami melihat perdagangan Indonesia telah berjalan di arah yang benar dengan struktur yang lebih produktif dan efisien," papar Wisnu dalam risetnya.


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular