
Prospek Stabil, Moody's Beri Peringkat B2 untuk Sentul City
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
17 July 2018 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Moody's Investor Service pertama kalinya memberikan peringkat (rating) B2 kepada PT Sentul City Tbk (BKSL) dengan prospek atau outlook stabil.
Peringkat tersebut diberikan melihat kepemilikan perseroan atas tanah yang luas dan berharga murah di Kawasan Sentul City, yang dapat diposisikan dengan baik untuk menambah keuntungan dari pembangunan infrastruktur perseroan.
Selain itu, prospek atas tanah tersebut juga mendukung perseroan untuk memeasarkan dan menumbuhkan penjualan selama 12-18 bulan ke depan.
"Peringkat B2 juga diberikan melihat rekam jejak perseroan yang terbatas, peningkatan risiko pengembangan dan pembiayaan yang mana dimitigasi oleh joint venture (JV) arrangements serta masih volatil-nya kinerja keuangan dan kemampuan untuk melakukan roll over pinjaman jangka pendeknya," ujar Jacintha Poh, Vice President dan Senior Analyst Moody's.
Sejak awal berdiri, Sentul City memiliki sisa aset tanah seluas 2.000 hektar persegi pada 30 Juni 2018 dan cukup mendukung untuk pembangunan selama 15-20 tahun kedepan.
Rekam jejak perseroan sebagai pengembang properti masih terbatas, didorong dengan tingkat pra penjualan (marketing sales) diluar transaksi blok selama tiga tahun terakhir yaitu Rp 770 miliar pada 2015, Rp 700 miliar pada 2016 dan Rp 800 miliar pada 2017 melihat perbandingan pada perseroan sejenis.
Namun, Kawasan Sentul City memiliki posisi yang strategis dalam mendapatkan manfaat dari pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk perpanjangan Light Rail Transit (LRT) Jakarta dan penyelesaian ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi.
Moody's meyakini prospek Kawasan tersebut dapat mendukung peningkatan serta permintaan properti di Kawasan tersebut dengan pra penjualan mencapai Rp 1 triliun selama 12-18 bulan kedepan.
Pada tahun ini BKSL menargetkan pra penjualan sebesar Rp 1,5 triliun diantaranya Rp 720 miliar dari penjualan resiensial, Rp 280 miliar penjualan komersial dan Rp 450 miliar penjualan tanah. Selama semester-I tahun ini perseroan mencatat pra penjualan sebesar Rp 560 miliar termasuk Rp 180 miliar penjualan tanah.
Hingga 18 bulan kedepan, Moody's juga melihat kinerja keuangan BKSL masih tetap bergantung pada penjualan blok yang berkontribusi pada 35-40% pendapatan perseroan. Serta metrik keuangan perseroan akan melemah pada 2018 dengan penyesuaian debt/homebuilding EBITDA sekitar 4,4 kali dan EBIT/interest expense sekitar 2,4 kali karena perseroan akan meningkatkan pinjamannya untuk mendanai belanja konstruksi.
Namun, perseroan mulai mengurangi sebagian beban resiko pengembangan dan pembiayaan tersebut dengan masuk dalam usaha patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan properti lainnya.
Peringkat BKSL kemungkinan tidak akan ditingkatkan hingga 18 bulan kedepan mengingat perusahaan yang berskala kecil dan ketergantungannya pada cash flow dari transaksi blok. Namun, secara jangka panjang pra penjualan setidaknya dapat mencapai Rp 4 triliun, free cash flow yang positif dan likuiditas yang terjaga kedepannya.
Peringkat perseroan akan diturunkan jika profil keuangan dan likuiditas BKSL melemah, disebabkan oleh kegagalan perusahaan untuk merealisasikan rencana bisnis dengan pra penjualan yang tidak sesuai target hingga tidak mampunya perseroan mengatasi pinjaman jangka pendeknya dan tidak mengurangi ketergantungan BKSL pada utang jangka pendek tersebut.
(hps/hps) Next Article Digugat Pailit Keluarga Bintoro, Sentul City Angkat Bicara
Peringkat tersebut diberikan melihat kepemilikan perseroan atas tanah yang luas dan berharga murah di Kawasan Sentul City, yang dapat diposisikan dengan baik untuk menambah keuntungan dari pembangunan infrastruktur perseroan.
Selain itu, prospek atas tanah tersebut juga mendukung perseroan untuk memeasarkan dan menumbuhkan penjualan selama 12-18 bulan ke depan.
Sejak awal berdiri, Sentul City memiliki sisa aset tanah seluas 2.000 hektar persegi pada 30 Juni 2018 dan cukup mendukung untuk pembangunan selama 15-20 tahun kedepan.
Rekam jejak perseroan sebagai pengembang properti masih terbatas, didorong dengan tingkat pra penjualan (marketing sales) diluar transaksi blok selama tiga tahun terakhir yaitu Rp 770 miliar pada 2015, Rp 700 miliar pada 2016 dan Rp 800 miliar pada 2017 melihat perbandingan pada perseroan sejenis.
Namun, Kawasan Sentul City memiliki posisi yang strategis dalam mendapatkan manfaat dari pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk perpanjangan Light Rail Transit (LRT) Jakarta dan penyelesaian ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi.
Moody's meyakini prospek Kawasan tersebut dapat mendukung peningkatan serta permintaan properti di Kawasan tersebut dengan pra penjualan mencapai Rp 1 triliun selama 12-18 bulan kedepan.
Pada tahun ini BKSL menargetkan pra penjualan sebesar Rp 1,5 triliun diantaranya Rp 720 miliar dari penjualan resiensial, Rp 280 miliar penjualan komersial dan Rp 450 miliar penjualan tanah. Selama semester-I tahun ini perseroan mencatat pra penjualan sebesar Rp 560 miliar termasuk Rp 180 miliar penjualan tanah.
Hingga 18 bulan kedepan, Moody's juga melihat kinerja keuangan BKSL masih tetap bergantung pada penjualan blok yang berkontribusi pada 35-40% pendapatan perseroan. Serta metrik keuangan perseroan akan melemah pada 2018 dengan penyesuaian debt/homebuilding EBITDA sekitar 4,4 kali dan EBIT/interest expense sekitar 2,4 kali karena perseroan akan meningkatkan pinjamannya untuk mendanai belanja konstruksi.
Namun, perseroan mulai mengurangi sebagian beban resiko pengembangan dan pembiayaan tersebut dengan masuk dalam usaha patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan properti lainnya.
Peringkat BKSL kemungkinan tidak akan ditingkatkan hingga 18 bulan kedepan mengingat perusahaan yang berskala kecil dan ketergantungannya pada cash flow dari transaksi blok. Namun, secara jangka panjang pra penjualan setidaknya dapat mencapai Rp 4 triliun, free cash flow yang positif dan likuiditas yang terjaga kedepannya.
Peringkat perseroan akan diturunkan jika profil keuangan dan likuiditas BKSL melemah, disebabkan oleh kegagalan perusahaan untuk merealisasikan rencana bisnis dengan pra penjualan yang tidak sesuai target hingga tidak mampunya perseroan mengatasi pinjaman jangka pendeknya dan tidak mengurangi ketergantungan BKSL pada utang jangka pendek tersebut.
(hps/hps) Next Article Digugat Pailit Keluarga Bintoro, Sentul City Angkat Bicara
Most Popular