
Di Kurs Acuan dan Pasar Spot, Dolar AS Dekati Rp 14.400
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 July 2018 10:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan bergerak melemah. Seperti halnya di pasar spot, dolar AS pun sudah sangat dekat dengan Rp 14.400.
Pada Senin (16/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.396. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Nasib rupiah tidak jauh berbeda di pasar spot. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 14.397, rupiah melemah 0,15%. Untuk mendapatkan perkembangan kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Tidak seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mampu menguat terhadap dolar AS. Dengan begitu, rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbawah di Asia.
Berikut pergerakan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:31 WIB, mengutip Reuters:
Rupiah tidak mampu memanfaatkan situasi dolar AS yang sebetulnya sedang melemah. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah tipis 0,02% pada pukul 10:13 WIB.
Greenback sedang dalam posisi konsolidasi karena investor tengah menunggu sejumah rilis data. Salah satu data yang dinantikan adalah penjualan ritel periode Juni 2018.
Konsensus pasar memperkirakan penjualan ritel di Negeri Paman Sam tumbuh 3,7% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 5,9% YoY.
Perkembangan ini membuat investor agak hati-hati memegang dolar AS. Pasalnya, proyeksi yang lebih suram bisa membuat The Federal Reserve/The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
Namun, di sisi lain rupiah pun sedang konsolidasi. Di dalam negeri, investor menunggu rilis data perdagangan internasional periode Juni 2018.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY sementara impor masih tumbuh lebih cepat yaitu 30,17% YoY. Namun kini neraca perdagangan bisa mencatat surplus yang diperkirakan US$ 579,5 juta.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekpor pada bulan sebelumnya adalah 12,74% YoY dan impor tumbuh 28,12% YoY. Kala itu, neraca perdagangan membukukan defisit cukup dalam yaitu US$1,52 miliar.
Jika benar ada surplus neraca perdagangan, maka akan membawa persepsi bahwa aliran devisa ke Indonesia tetap terjaga. Sentimen ini diharapkan bisa membuat rupiah bangkit dari depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Pada Senin (16/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.396. Rupiah melemah 0,26% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
![]() |
Nasib rupiah tidak jauh berbeda di pasar spot. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 14.397, rupiah melemah 0,15%. Untuk mendapatkan perkembangan kurs dolar AS, silakan klik di sini.
Berikut pergerakan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:31 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yuan China | 6,68 | +0,05 |
Won Korea Selatan | 1.128,20 | +0,06 |
Dolar Taiwan | 30,56 | +0,02 |
Dolar Hong Kong | 7,85 | 0,00 |
Rupee India | 68,49 | +0,04 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,03 |
Baht Thailand | 33,29 | +0,03 |
Peso Filipina | 53,49 | +0,04 |
Rupiah tidak mampu memanfaatkan situasi dolar AS yang sebetulnya sedang melemah. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah tipis 0,02% pada pukul 10:13 WIB.
Greenback sedang dalam posisi konsolidasi karena investor tengah menunggu sejumah rilis data. Salah satu data yang dinantikan adalah penjualan ritel periode Juni 2018.
Konsensus pasar memperkirakan penjualan ritel di Negeri Paman Sam tumbuh 3,7% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 5,9% YoY.
Perkembangan ini membuat investor agak hati-hati memegang dolar AS. Pasalnya, proyeksi yang lebih suram bisa membuat The Federal Reserve/The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
Namun, di sisi lain rupiah pun sedang konsolidasi. Di dalam negeri, investor menunggu rilis data perdagangan internasional periode Juni 2018.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY sementara impor masih tumbuh lebih cepat yaitu 30,17% YoY. Namun kini neraca perdagangan bisa mencatat surplus yang diperkirakan US$ 579,5 juta.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekpor pada bulan sebelumnya adalah 12,74% YoY dan impor tumbuh 28,12% YoY. Kala itu, neraca perdagangan membukukan defisit cukup dalam yaitu US$1,52 miliar.
Jika benar ada surplus neraca perdagangan, maka akan membawa persepsi bahwa aliran devisa ke Indonesia tetap terjaga. Sentimen ini diharapkan bisa membuat rupiah bangkit dari depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular