Dipimpin Saham-Saham Perbankan, IHSG Naik 0,67%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 July 2018 12:17
IHSG ditutup menguat 0,67% pada akhir sesi 1 ke level 5.947,51.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,67% pada akhir sesi 1 ke level 5.947,51. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 2,07%, indeks Strait Times menguat 0,26%, indeks Kospi menguat 0,99%, indeks Hang Seng menguat 0,58%, indeks SET (Thailand) menguat 0,08%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 0,76%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,74 triliun dengan volume sebanyak 5,62 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 232.955 kali.

Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,03%) menjadi kontributor terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan di sektor ini dimotori oleh kenaikan harga saham sektor-sektor perbankan, seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (+9,09%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,49%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,55%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,22%).

Positifnya pergerakan saham-saham perbankan merupakan hasil dari rupiah yang sempat bergerak menguat hingga 0,28% di pasar spot ke level Rp 14.335/dolar AS, sebelum akhirnya ditutup flat di level Rp 14.375/dolar AS per akhir sesi 1.

Kala rupiah bergerak menguat, kekhawatiran mengenai kenaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) menjadi mereda, sehingga aksi beli dilakukan oleh investor.

Kemudian, terus meredanya risiko perang dagang telah memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk memburu saham-saham perbankan. Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan Washington siap membuka kembali negosiasi perdagangan dengan China. Syaratnya, Negeri Tirai Bambu harus melakukan perubahan struktural dalam perekonomiannya.

"Apabila China berkomitmen melakukan perubahan struktural, maka pemerintah siap setiap saat untuk berdiskusi," papar Mnuchin seperti dikutip dari Reuters.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pemerintahan AS terus mengkaji dampak dari penerapan bea masuk.

"Kami memonitor dampak negatif dari bea masuk dengan seksama. Kami terus melakukan itu," kata Mnuchin.

Pernyataan Mnuchin menegaskan bahwa bahwa AS menyadari adanya konsekuensi negatif yang harus ditanggung kala menerapkan bea masuk bagi produk-produk impor asal China. Jika dampak negatif dirasa lebih besar dari manfaat yang didapat, bukan tidak mungkin Presiden Donald Trump berpikir ulang dan membatalkan rencananya.

Jika AS dan China benar-benar perang dagang, maka kinerja bank-bank di tanah air bisa tertekan lantaran berkurangnya permintaan kredit. Kini, risiko tersebut perlahan mulai sirna.

Terakhir, aksi beli investor atas saham-saham perbankan merupakan antisipasi dalam menghadapi rilis laporan keuangan kuartal-II 2018.

Selain sektor jasa keuangan, sektor barang konsumsi (+0,75%) juga berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG. Apresiasi terhadap saham-saham sektor barang konsumsi datang seiring dengan melesatnya penjualan barang-barang ritel di Indonesia.

Untuk periode Mei, Bank Indonesia (BI) mencatat indeks penjualan riil tumbuh hingga 8,3% YoY, jauh mengungguli capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,3% YoY. Lebih lanjut, angka sementara untuk periode Juni diumumkan di level 6,8% YoY, mengungguli capaian periode Juni 2017 yang sebesar 6,3% YoY.

Data ini lantas mengonfirmasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat. Sebelumnya, perbaikan konsumsi masyarakat ditunjukkan oleh derasnya impor barang konsumsi periode Mei dan inflasi bulan lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Saham-saham sektor barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,42%), PT Buyung Poetra Sembada Tbk/HOKI (+1,8%), PT Indofarma Tbk/INAF (+1,58%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,43%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,29%).

Sebelumnya, positifnya data penjualan ritel tak berhasil ditransmisikan pada saham-saham sektor barang konsumsi, lantaran rupiah yang bergerak melemah. Ketika rupiah tak lagi berada dalam tekanan, aksi beli mulai dilakukan.

Dampak positif lainnya dari rupiah yang tak lagi tertekan adalah aksi beli investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 85,4 miliar. Saham-saham yang paling banyak diburu investor asing diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 67,9 miliar), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (Rp 37,9 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 27,9 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 23,8 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 17,2 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/hps) Next Article Dipimpin Saham Perbankan & Barang Konsumsi, IHSG Naik 0,61%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular