Perang Dagang Hingga NATO akan Bawa Wall Street ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2018 17:46
Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 217 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 22 dan 72 poin.

Ada dua risiko utama yang menghantui jalannya perdagangan hari ini. Pertama, perang dagang. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa waktu setempat (10/7/2018) mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%.

Hal tersebut merupakan respon AS terhadap tarif balasan dari China yang efektif berlaku pasca AS memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal Negeri Panda pada Jumat lalu (6/7/2018).

Beberapa produk yang kini disasar AS adalah barang-barang yang masuk dalam program Made in China 2025, sebuah rencana strategis Beijing untuk membuat China menjadi pemimpin industri-industri penting dunia, termasuk teknologi.

Bea masuk tersebut tidak akan segera berlaku namun akan melewati proses kajian selama dua bulan ke depan. Dengar pendapat dijadwalkan pada 20 Agustus hingga 23 Agustus.

China pun kembali tak tinggal diam. Pemerintahan China menyebut bahwa mereka terkejut dengan keputusan Washington dan memastikan bahwa akan ada serangan balasan.

Kini, perang tarif antar kedua negara benar-benar mengancam laju ekonomi keduanya dan juga ekonomi dunia.

Risiko kedua bagi Wall Street datang dari pertemuan North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang akan berlangsung selama 2 hari (11-12 Juli). Belum juga pertemuan dimulai, pernyataan bernada keras sudah diumbar oleh Presiden AS Donald Trump.

Mantan taipan properti itu menyebut bahwa Jerman 'dikontrol secara penuh' oleh Rusia, seiring dengan dukungan yang mereka berikan bagi proyeksi energi milik Rusia.

Trump mengatakan bahwa banyaknya kesepakatan terkait minyak dan gas yang 'tidak pantas' antar kedua negara telah memberikan Moskow pengaruh yang terlalu besar atas negara dengan perekonomian terbesar di Eropa tersebut.

"Jerman benar-benar dikontrol oleh Rusia... Mereka akan mendapatkan 60 dan 70% sumber energi mereka dari Rusia dan pipa terbaru, katakan kepada saya apakah itu pantas karena menurut saya tidak," kecam Trump saat berbicara dalam konferensi pers di hadapan perwakilan negara-negara anggota NATO.

Selain itu, AS juga mengkritisi Jerman seiring dengan kecilnya belanja pertahanan yang mereka gelontorkan.

"Di atas semuanya itu, Jerman hanya membayar sedikit di atas 1% (dari PDB, dalam sektor pertahanan)... dan saya pikir itu juga tidak pantas," paparnya.

Sebagai catatan, negara-negara anggota NATO sebelumnya telah setuju untuk menggelontorkan dana 2% dari PDB untuk belanja militer. Hingga kini, hanya 5 negara yang memenuhi perjanjian tersebut yakni AS, Inggris, Yunani, Estonia, dan Polandia.

Pernyataan keras dari AS tersebut akan membuat friksi di bidang perdagangan antara AS dengan Uni Eropa kian sulit untuk diselesaikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular