
Manufaktur Inggris Unggul, Rupiah Melemah terhadap Sterling
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
11 July 2018 16:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak melemah terhadap poundsterling menjelang sore ini, menyusul rilis data manufaktur dan estimasi produk domestik bruto (PDB) di Negeri Ratu Elizabeth.
Pada Rabu (11/7/2018) pukul 15:34 WIB, GBP 1 dibanderol Rp 19.079,38. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini mendorong harga jual poundsterling mendekati Rp 19.300. Berikut data perdagangan di beberapa bank nasional pukul 15:15 WIB:
Rilis data terbaru dari Office for National Statistics (ONS) per Mei 2018, menunjukkan produksi sektor manufaktur tumbuh hingga 0,4% month-on-month (MoM). Angka tersebut lebih baik dari periode sebelumnya yang -1,4%.
Pertumbuhan manufaktur ini berdampak kepada estimasi PDB Inggris yang ikut meningkat. ONS memperkirakan PDB pada Mei tumbuh hingga 0,3%, atau lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya tumbuh 0,2%. Sektor manufaktur cukup berkontribusi terhadap perekonomian Inggris.
Data Parlemen Inggris memperlihatkan sektor manufaktur berkontribusi terhadap 10,3% terhadap pertumbuhan PDB pada 2017. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor manufaktur memberi andil bagi pertumbuhan ekonomi di Negeri Ratu Elizabeth.
Di sisi lain, rilis data ini juga menimbulkan ekspektasi bank sentral Inggris Bank of England (BoE) akan menaikkan suku bunga acuan pada Agustus. Sebelumnya Gubernur BoE Mark Carney cenderung tidak menaikkan suku bunga acuannya, dengan melihat ekonomi Inggris.
Namun hal tersebut bisa jadi berubah terutama setelah rilis terbaru data ekonomi. Bahkan, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Inggris pada Agustus mencapai 70%. Ekspektasi yang berkembang mendorong poundsterling bergerak menguat terhadap mata uang global termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Rabu (11/7/2018) pukul 15:34 WIB, GBP 1 dibanderol Rp 19.079,38. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini mendorong harga jual poundsterling mendekati Rp 19.300. Berikut data perdagangan di beberapa bank nasional pukul 15:15 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 18.666,00 | Rp 19.149,00 |
Bank BNI | Rp 18.939,00 | Rp 19.296,00 |
Bank BRI | Rp 18.958,25 | Rp 19.192,49 |
Bank BCA | Rp 18.816,00 | Rp 19.284,00 |
Rilis data terbaru dari Office for National Statistics (ONS) per Mei 2018, menunjukkan produksi sektor manufaktur tumbuh hingga 0,4% month-on-month (MoM). Angka tersebut lebih baik dari periode sebelumnya yang -1,4%.
Pertumbuhan manufaktur ini berdampak kepada estimasi PDB Inggris yang ikut meningkat. ONS memperkirakan PDB pada Mei tumbuh hingga 0,3%, atau lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya tumbuh 0,2%. Sektor manufaktur cukup berkontribusi terhadap perekonomian Inggris.
Data Parlemen Inggris memperlihatkan sektor manufaktur berkontribusi terhadap 10,3% terhadap pertumbuhan PDB pada 2017. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor manufaktur memberi andil bagi pertumbuhan ekonomi di Negeri Ratu Elizabeth.
Di sisi lain, rilis data ini juga menimbulkan ekspektasi bank sentral Inggris Bank of England (BoE) akan menaikkan suku bunga acuan pada Agustus. Sebelumnya Gubernur BoE Mark Carney cenderung tidak menaikkan suku bunga acuannya, dengan melihat ekonomi Inggris.
Namun hal tersebut bisa jadi berubah terutama setelah rilis terbaru data ekonomi. Bahkan, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Inggris pada Agustus mencapai 70%. Ekspektasi yang berkembang mendorong poundsterling bergerak menguat terhadap mata uang global termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular