
BI: Volatilitas Rupiah 6,6% dan Waspada Terus Meningkat
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
11 July 2018 10:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengakui pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut. Hal ini disebabkan oleh penguatan dolar AS secara luas.
Hal tersebut tercermin dari apresiasi US Dollar Index (DXY) yang cukup signifikan, seiring dengan peningkatan yield AS.
"Depresiasi rupiah juga disebabkan oleh penyesuaian likuiditas yang dilakukan investor global yang mulai mengurangi penempatan dana di pasar negara-negara emerging termasuk Indonesia," demikian penjelasan BI.
Penjelasan BI tersebut tertuang dalam Laporan Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Rupiah terbaru yang disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo seperti dikutip, Rabu (11/7/2018).
Menurut data BI, depresiasi nilai tukar rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara peers lainnya. Depresiasi nilai tukar rupiah secara point-to- point pada April 2018 lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara peers lain, di antaranya Lira Turki 1,36%, Rupee India 2,23%, Rand Afrika Selatan 4,75%, dan Real Brasil 5,70%.
"Depresiasi nilai tukar rupiah diikuti dengan volatilitas yang meningkat namun lebih rendah dari negara peers," tulis BI.
"Volatilitas rupiah pada triwulan I-2018 mencapai 6,6%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,0%."
Peningkatan volatilitas rupiah berlanjut pada April 2018. Meski mengalami peningkatan, volatilitas rupiah masih berada pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara peers, seperti Real Brasil, Rand Afrika Selatan, Lira Turki, Baht Thailand, dan Peso Filipina.
Depresiasi nilai tukar rupiah bersumber dari aliran dana keluar seiring dengan penyesuaian likuiditas oleh investor global yang berdampak pada berkurangnya penempatan dana di pasar negara-negara emerging, termasuk Indonesia. Pada triwulan I-2018, aliran dana keluar asing tercatat US$ 43 juta, lebih rendah dari aliran dana keluar triwulan IV-2017 yang mencapai US$ 983 juta. Tekanan aliran dana keluar meningkat pada April 2018 sejalan dengan kenaikan yield AS yang terjadi.
"Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas. Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk penyesuaian likuiditas global, dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," tutup BI dalam penjelasannya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Hal tersebut tercermin dari apresiasi US Dollar Index (DXY) yang cukup signifikan, seiring dengan peningkatan yield AS.
"Depresiasi rupiah juga disebabkan oleh penyesuaian likuiditas yang dilakukan investor global yang mulai mengurangi penempatan dana di pasar negara-negara emerging termasuk Indonesia," demikian penjelasan BI.
Menurut data BI, depresiasi nilai tukar rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara peers lainnya. Depresiasi nilai tukar rupiah secara point-to- point pada April 2018 lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara peers lain, di antaranya Lira Turki 1,36%, Rupee India 2,23%, Rand Afrika Selatan 4,75%, dan Real Brasil 5,70%.
"Depresiasi nilai tukar rupiah diikuti dengan volatilitas yang meningkat namun lebih rendah dari negara peers," tulis BI.
"Volatilitas rupiah pada triwulan I-2018 mencapai 6,6%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,0%."
Peningkatan volatilitas rupiah berlanjut pada April 2018. Meski mengalami peningkatan, volatilitas rupiah masih berada pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara peers, seperti Real Brasil, Rand Afrika Selatan, Lira Turki, Baht Thailand, dan Peso Filipina.
Depresiasi nilai tukar rupiah bersumber dari aliran dana keluar seiring dengan penyesuaian likuiditas oleh investor global yang berdampak pada berkurangnya penempatan dana di pasar negara-negara emerging, termasuk Indonesia. Pada triwulan I-2018, aliran dana keluar asing tercatat US$ 43 juta, lebih rendah dari aliran dana keluar triwulan IV-2017 yang mencapai US$ 983 juta. Tekanan aliran dana keluar meningkat pada April 2018 sejalan dengan kenaikan yield AS yang terjadi.
"Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas. Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk penyesuaian likuiditas global, dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan," tutup BI dalam penjelasannya.
(dru) Next Article Tok! BI Rate Diputuskan Tetap 5,75%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular