
Meski Terdepresiasi, Rupiah Tetap Lumayan di Kawasan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2018 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah hari ini. Setelah dibuka menguat, rupiah tidak bisa lepas dari teritori negatif.
Pada Selasa (10/7/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 di pasar spot ditutup Rp 14.355. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Rupiah mampu menguat 0,14% pada pembukaan pasar. Namun penguatan rupiah tidak bertahan lama. Dalam hitungan menit, rupiah terpeleset ke zona merah sampai penutupan.
Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 14.370/US$. Sementara terkuatnya di Rp 14.300/US$.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan dolar AS. Di antara mata uang utama Asia, hanya dolar Singapura yang mampu menguat, itupun sangat terbatas.
Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. Dengan pelemahan 0,24%, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi paling rendah di antara mata uang utama Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang Asia terhadap greenback, mengutip Reuters:
Dolar AS memang sedang tak terbendung. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, menguat 0,23% pada pukul 16:27 WIB.
Mata uang Negeri Paman Sam sedang mendapat angin karena nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil posisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish. Perkembangan ini menjadi sentimen positif bagi greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (10/7/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 di pasar spot ditutup Rp 14.355. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Rupiah mampu menguat 0,14% pada pembukaan pasar. Namun penguatan rupiah tidak bertahan lama. Dalam hitungan menit, rupiah terpeleset ke zona merah sampai penutupan.
![]() |
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan dolar AS. Di antara mata uang utama Asia, hanya dolar Singapura yang mampu menguat, itupun sangat terbatas.
Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. Dengan pelemahan 0,24%, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi paling rendah di antara mata uang utama Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang Asia terhadap greenback, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 111,16 | -0,29 |
Yuan China | 6,63 | -0,25 |
Won Korea Selatan | 1.115,71 | -0,30 |
Dolar Taiwan | 30,44 | -0,43 |
Rupee India | 68,82 | -0,25 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,02 |
Baht Thailand | 33,17 | -0,36 |
Peso Filipina | 53,53 | -0,27 |
Dolar AS memang sedang tak terbendung. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, menguat 0,23% pada pukul 16:27 WIB.
Mata uang Negeri Paman Sam sedang mendapat angin karena nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil posisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish. Perkembangan ini menjadi sentimen positif bagi greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular