Agresifitas The Fed Mereda, Wall Street Berpotensi Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 July 2018 18:08
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street berpotensi dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 124 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 12 dan 36 poin.

Memudarnya persepsi terkait kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh The Federal Reserve (The Fed0 tahun ini, memberikan momentum bagi Wall Street untuk masuk ke zona hijau. Meskipun data tenaga kerja yang kurang menggembirakan mendasari hal tersebut.

Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali.

Ditengah risiko perang dagang yang masih mengintai, tingkat suku bunga acuan yang rendah memang merupakan opsi terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.

Pada perdagangan hari ini, ada beberapa risiko yang bisa membuat Wall Street berakhir di zona merah. Pertama, kembali panasnya tensi antara antara AS dengan Korea Utara.

Akhir pekan lalu, Korea Utara mengatakan kunjungan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo merupakan sesuatu yang patut disesali. Pernyataan itu keluar hanya beberapa jam setelah Pompeo mengakhiri pembicaraan dua hari dengan para pejabat senior Korea Utara.

Kedua, kelanjutan dari perang dagang. Hingga kini AS belum meluncurkan serangan balasan terhadap China. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China senilai US$ 500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan atas kebijakan Washington yang pada Jumat lalu (6/7/2018) telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.

Jika serangan balasan pada akhirnya diluncurkan oleh Washington, investor akan dipaksa bermain defensif dengan meninggalkan pasar saham.

Risiko ketiga datang dari Inggris pasca Menteri Brexit David Davis mengundurkan diri pada Minggu malam waktu setempat (8/7/2018). Mundurnya Davis yang memegang posisi kunci dalam proses 'perceraian' antara Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) lantas menambah ketidakpastian mengenai nasib dari Brexit itu sendiri.

Pada hari ini, data pertumbuhan jumlah kredit konsumsi periode Juni akan diumumkan.

Tak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular