
Saham IMAS Anjlok 48% Dalam 9 Hari, Ada Apa?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 July 2018 15:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) anjlok hingga 48% dalam kurung waktu 9 hari perdagangan saja. Per 21 Juni 2018, 1 unit saham IMAS dihargai Rp 4.620. Kini, 1 unitnya hanya dihargai Rp 2.420.
Pada hari ini, saham IMAS menjadi saham ketiga yang paling sering diperdagangkan, yakni sebanyak 8.896 kali.
Emiten ini bergerak dalam bidang otomotif. Kegiatan utama perusahaan adalah perakitan dan distribusi mobil, bus, truk, dan alat berat. Merek-merek yang berada dalam naungan perusahaan diantaranya: Audi, Datsun, Foton, Hino, Nissan, Renault, dan Volkswagen.
Disamping perakitan dan distribusi mobil, perusahaan juga menyediakan jasa penyewaan kendaraan.
Anjloknya harga saham perusahaan nampak dipicu oleh aksi ambil untung. Pasalnya, terhitung sejak akhir 2017 sampai dengan tanggal 21 Juni, harga saham perusahaan telah meroket hingga 450%, dari Rp 840/unit menjadi Rp 4.620/unit. Kenaikan harga secara signifikan mulai terjadi pada pertengahan April.
Investor nampak merespon positifnya kinclongnya kinerja keuangan perusahaan. Pada kuartal I-2018, penjualan perusahaan naik 10,5% menjadi Rp 4,2 triliun, dari Rp 3,8 triliun pada periode yang sama tahun 2017. Padahal pada kuartal-I 2017, penjualan perusahaan turun 9,5% YoY.
Di sisi bottom line, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 60,2 miliar pada kuartal-I 2018, jauh membaik dibandingkan kuartal-I 2017 yakni rugi sebesar Rp 165,8 miliar.
Kenaikan harga yang sudah kelewat tinggi membuat valuasi dari saham IMAS menjadi relatif mahal. Mengutip Reuters, price-earnings ratio (PER) dari saham IMAS adalah sebesar 49,91x. Sebagai perbandingan, PER dari sektor aneka industri (tempat saham IMAS bernanung) hanya sebesar 12,91x.
Lebih lanjut, sentimen negatif mulai menghantui kinerja keuangan perusahaan. Pertama, kenaikan suku bunga acuan sebanyak 75bps yang telah diambil Bank Indonesia (BI) sepanjang 2018. Kenaikan suku bunga acuan tentu akan meningkatkan suku bunga kredit yang pada akhirnya akan menekan penjualan perusahaan. Terlebih, relaksasi kebijakan makroprudensial yang belum lama ini diumumkan oleh bank sentral hanya menyasar sektor properti dan bukan otomotif.
Kenaikan harga bensin juga sangat mungkin membuat masyarakat berpikir dua kali sebelum membeli mobil. Harga minyak dunia yang terus naik memaksa PT Pertamina untuk melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, serta Dexlite.
Berdasarkan data yang dirilis Pertamina, harga Pertamax saat ini adalah Rp 9.500/liter atau naik sebesar Rp 600, Pertamax Turbo Rp 10.700/liter atau naik Rp 600, Pertamina Dex Rp 10.500/liter atau naik Rp 500, sementara Dexlite Rp 9.000 atau naik Rp 900. Kenaikan harga tersebut mulai berlaku efektif pada 1 Juli kemarin.
(ank/ank) Next Article Indomobil Caplok Mercedez Benz, Ada Apa?
Pada hari ini, saham IMAS menjadi saham ketiga yang paling sering diperdagangkan, yakni sebanyak 8.896 kali.
Emiten ini bergerak dalam bidang otomotif. Kegiatan utama perusahaan adalah perakitan dan distribusi mobil, bus, truk, dan alat berat. Merek-merek yang berada dalam naungan perusahaan diantaranya: Audi, Datsun, Foton, Hino, Nissan, Renault, dan Volkswagen.
Anjloknya harga saham perusahaan nampak dipicu oleh aksi ambil untung. Pasalnya, terhitung sejak akhir 2017 sampai dengan tanggal 21 Juni, harga saham perusahaan telah meroket hingga 450%, dari Rp 840/unit menjadi Rp 4.620/unit. Kenaikan harga secara signifikan mulai terjadi pada pertengahan April.
Investor nampak merespon positifnya kinclongnya kinerja keuangan perusahaan. Pada kuartal I-2018, penjualan perusahaan naik 10,5% menjadi Rp 4,2 triliun, dari Rp 3,8 triliun pada periode yang sama tahun 2017. Padahal pada kuartal-I 2017, penjualan perusahaan turun 9,5% YoY.
Di sisi bottom line, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 60,2 miliar pada kuartal-I 2018, jauh membaik dibandingkan kuartal-I 2017 yakni rugi sebesar Rp 165,8 miliar.
Kenaikan harga yang sudah kelewat tinggi membuat valuasi dari saham IMAS menjadi relatif mahal. Mengutip Reuters, price-earnings ratio (PER) dari saham IMAS adalah sebesar 49,91x. Sebagai perbandingan, PER dari sektor aneka industri (tempat saham IMAS bernanung) hanya sebesar 12,91x.
Lebih lanjut, sentimen negatif mulai menghantui kinerja keuangan perusahaan. Pertama, kenaikan suku bunga acuan sebanyak 75bps yang telah diambil Bank Indonesia (BI) sepanjang 2018. Kenaikan suku bunga acuan tentu akan meningkatkan suku bunga kredit yang pada akhirnya akan menekan penjualan perusahaan. Terlebih, relaksasi kebijakan makroprudensial yang belum lama ini diumumkan oleh bank sentral hanya menyasar sektor properti dan bukan otomotif.
Kenaikan harga bensin juga sangat mungkin membuat masyarakat berpikir dua kali sebelum membeli mobil. Harga minyak dunia yang terus naik memaksa PT Pertamina untuk melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, serta Dexlite.
Berdasarkan data yang dirilis Pertamina, harga Pertamax saat ini adalah Rp 9.500/liter atau naik sebesar Rp 600, Pertamax Turbo Rp 10.700/liter atau naik Rp 600, Pertamina Dex Rp 10.500/liter atau naik Rp 500, sementara Dexlite Rp 9.000 atau naik Rp 900. Kenaikan harga tersebut mulai berlaku efektif pada 1 Juli kemarin.
(ank/ank) Next Article Indomobil Caplok Mercedez Benz, Ada Apa?
Most Popular