
Di Kurs Acuan, Dolar AS Tembus Rp 14.400
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 July 2018 10:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan melemah. Seperti di pasar spot, dolar AS pun sudah menembus level Rp 14.400 di kurs acuan.
Pada Selasa (3/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.418. Rupiah melemah 0,61%, lumayan dalam. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak Oktober 2015.
Sedangkan di pasar spot, rupiah bernasib sama. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.428, rupiah melemah 0,37%.
Tidak hanya rupiah, mata uang Asia pun kurang berdaya di hadapan greenback. Dengan depresiasi 0,37%, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia setelah yuan China dan rupee India.
Berikut perkembangan nilai mata sejumlah negara Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:09 WIB, mengutip Reuters:
Dolar AS memang sedang perkasa. Penguatan dolar AS saat ini disebabkan oleh rilis data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur. Indeks PMI manufaktur di AS melesat dan cukup jauh mengungguli konsensus.
Pada Juni, indeks PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM) tercatat 60,2. Jauh di atas konsensus pasar yang memperkirakan 58,4. Ini menandakan pelaku usaha di Negeri Adidaya sangat optimistis dan ekspansif. Artinya, pemulihan ekonomi di AS pun semakin terlihat nyata.
Perkembangan ini kian mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, atau dua kali lagi. Berita ini tentu lagi-lagi menambah bensin bagi dolar AS untuk menguat terhadap mata uang dunia.
Selain itu, apresiasi dolar AS juga akibat euro yang sedang tertekan. Hal ini menyusul gonjang-ganjing politik di Jerman.
Horst Seehofer, Menteri Dalam Negeri Jerman, mengajukan pengunduran dirinya dari kabinet. Perkembangan ini membuat pemerintahan Kanselir Angela Merkel semakin rentan. Sebelumnya, Merkel juga kesulitan membentuk koalisi pemerintahan.
Pengunduran diri Seehofer merupakan respons atas kesepakatan Uni Eropa mengenai imigran yang dicapai pekan lalu. Seehofer condong agar Jerman agak menutup pintu kepada para imigran.
Sementara Uni Eropa sudah sepakat untuk membagi beban pengungsi secara sukarela dan membangun pusat pengendali untuk memproses kedatangan mereka. Negara-negara Uni Eropa juga sepakat untuk membagi tanggung jawab untuk menampung imigran yang diselamatkan di laut lepas.
Pemerintahan Jerman yang rapuh mempengaruhi pasar keuangan. Maklum, Jerman adalah perekonomian terbesar di Benua Biru. Apa yang terjadi Jerman akan mendapat sorotan dan mempengaruhi mata uang euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (3/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.418. Rupiah melemah 0,61%, lumayan dalam. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak Oktober 2015.
![]() |
Sedangkan di pasar spot, rupiah bernasib sama. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.428, rupiah melemah 0,37%.
Berikut perkembangan nilai mata sejumlah negara Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:09 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110.82 | +0,06 |
Yuan China | 6,69 | -0,55 |
Won Korea Selatan | 1.121,15 | -0,29 |
Dolar Taiwan | 30,62 | -0,30 |
Rupee India | 68,71 | -0,38 |
Dolar Singapura | 1,37 | -0,20 |
Baht Thailand | 33,25 | -0,30 |
Peso Filipina | 53,48 | -0,12 |
Dolar AS memang sedang perkasa. Penguatan dolar AS saat ini disebabkan oleh rilis data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur. Indeks PMI manufaktur di AS melesat dan cukup jauh mengungguli konsensus.
Pada Juni, indeks PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM) tercatat 60,2. Jauh di atas konsensus pasar yang memperkirakan 58,4. Ini menandakan pelaku usaha di Negeri Adidaya sangat optimistis dan ekspansif. Artinya, pemulihan ekonomi di AS pun semakin terlihat nyata.
Perkembangan ini kian mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini, atau dua kali lagi. Berita ini tentu lagi-lagi menambah bensin bagi dolar AS untuk menguat terhadap mata uang dunia.
Selain itu, apresiasi dolar AS juga akibat euro yang sedang tertekan. Hal ini menyusul gonjang-ganjing politik di Jerman.
Horst Seehofer, Menteri Dalam Negeri Jerman, mengajukan pengunduran dirinya dari kabinet. Perkembangan ini membuat pemerintahan Kanselir Angela Merkel semakin rentan. Sebelumnya, Merkel juga kesulitan membentuk koalisi pemerintahan.
Pengunduran diri Seehofer merupakan respons atas kesepakatan Uni Eropa mengenai imigran yang dicapai pekan lalu. Seehofer condong agar Jerman agak menutup pintu kepada para imigran.
Sementara Uni Eropa sudah sepakat untuk membagi beban pengungsi secara sukarela dan membangun pusat pengendali untuk memproses kedatangan mereka. Negara-negara Uni Eropa juga sepakat untuk membagi tanggung jawab untuk menampung imigran yang diselamatkan di laut lepas.
Pemerintahan Jerman yang rapuh mempengaruhi pasar keuangan. Maklum, Jerman adalah perekonomian terbesar di Benua Biru. Apa yang terjadi Jerman akan mendapat sorotan dan mempengaruhi mata uang euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular