
Dolar Setia di Rp 14.400, BI: Tekanan Eksternal Sangat Kuat!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 July 2018 09:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) angkat bicara mengenai pergerakan nilai tukar rupiah yang kembali menembus level Rp 14.400/US$, meskipun bank sentral telah menaikkan bunga acuan sebesar 50 basis poin.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, pelemahan nilai tukar tak lepas dari tekanan eksternal yang semakin kuat, di mana kali ini datang dari gejolak politik yang terjadi di Jerman dan pelemahan mata uang poundsterling akibat ketidakpastian Brexit.
"Perkembangan eksternal kembali sangat kuat, sehingga menekan mata uang emerging, termasuk rupiah," ungkap Dody, saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
Selain itu, sambung Dody, faktor dalam negeri pun turut memengaruhi pelemahan rupiah. Menurut dia, kebutuhan valas cenderung meningkat untuk kebutuhan impor serta pembayaran kewajiban utang luar negeri oleh sebagian perusahaan.
"Serta outflow dari instrumen keuangan domestik," kata Dody.
Lalu, apakah kenaikan bunga acuan BI tak cukup mampu mengkompensasi gejolak eskternal? Meskipun tidak merinci lebih lanjut, Dody tak memungkiri bahwa tekanan eksternal semakin besar sehingga memicu pelemahan rupiah.
"Dengan demikian, tidak disangsikan efektivitas kenaikan policy rate yang terakhir mampu menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, meski pelemahan masih terjadi karena tekanan eskternal yang besar," katanya.
Kembali Melakukan Intervensi
Demi menjaga volatilitas rupiah tetap terjaga, BI tak memungkiri telah kembali melakukan intervensi untuk menstabilisasi rupiah agar tak terlempar jauh dari fundamentalnya.
Dody mengemukakan, intervensi tersebut dilakukan bank sentral dalam rangka menjaga volatilitas, kepercayaan pelaku pasar, baik di pasar valas maupun pasar obligasi.
"Pelemahan rupiah lebih lanjut tertahan oleh konsistnsi intervensi penjualan dolar oleh BI. [...] Intervensi BI tersebut juga dilakukan di pasar SUN dalam menjaga harga yang wajar dan menjaga likuiditas cukup," tegasnya.
(dru) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, pelemahan nilai tukar tak lepas dari tekanan eksternal yang semakin kuat, di mana kali ini datang dari gejolak politik yang terjadi di Jerman dan pelemahan mata uang poundsterling akibat ketidakpastian Brexit.
"Perkembangan eksternal kembali sangat kuat, sehingga menekan mata uang emerging, termasuk rupiah," ungkap Dody, saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
"Serta outflow dari instrumen keuangan domestik," kata Dody.
Lalu, apakah kenaikan bunga acuan BI tak cukup mampu mengkompensasi gejolak eskternal? Meskipun tidak merinci lebih lanjut, Dody tak memungkiri bahwa tekanan eksternal semakin besar sehingga memicu pelemahan rupiah.
"Dengan demikian, tidak disangsikan efektivitas kenaikan policy rate yang terakhir mampu menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, meski pelemahan masih terjadi karena tekanan eskternal yang besar," katanya.
Kembali Melakukan Intervensi
Demi menjaga volatilitas rupiah tetap terjaga, BI tak memungkiri telah kembali melakukan intervensi untuk menstabilisasi rupiah agar tak terlempar jauh dari fundamentalnya.
Dody mengemukakan, intervensi tersebut dilakukan bank sentral dalam rangka menjaga volatilitas, kepercayaan pelaku pasar, baik di pasar valas maupun pasar obligasi.
"Pelemahan rupiah lebih lanjut tertahan oleh konsistnsi intervensi penjualan dolar oleh BI. [...] Intervensi BI tersebut juga dilakukan di pasar SUN dalam menjaga harga yang wajar dan menjaga likuiditas cukup," tegasnya.
(dru) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular