Rupiah Menguat, Tapi Hanya Nomor Lima di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 June 2018 13:02
Rupiah Menguat, Tapi Hanya Nomor Lima di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih mampu menguat. Rupiah bisa dibilang beruntung karena laju penguatan greenback terhenti. 

Pada Jumat (29/6/2018) pukul 12:35 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 14.360. Rupiah menguat 0,17%. 

Rupiah juga dibuka menguat 0,17%. Namun penguatan itu sempat tidak bertahan lama. Setelah pembukaan, rupiah melemah dan menembus Rp 14.400/US$. 

Posisi terlemah rupiah sampai tengah hari ini ada di Rp 14.410. Titik itu sekaligus menjadi yang terlemah sejak Oktober 2018. 

Reuters
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun perkasa melawan dolar AS. Melihat apresiasi mata uang Asia, rasanya penguatan rupiah menjadi tidak seberapa karena hanya menduduki peringkat kelima. Mata uang dengan kinerja terbaik sampai pukul 12:43 WIB adalah won Korea Selatan yang menguat lebih dari 0,5%. 

Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang Asia terhadap dolar AS: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,65-0,15
Yuan China6,61+0,15
Won Korea Selatan1.114,40+0,55
Dolar Taiwan30,44+0,38
Rupee India68,56+0,39
Dolar Singapura1,36+0,27
Ringgit Malaysia4,03+0,12
Baht Thailand33,13+0,03
Peso Filipina53,41+0,06
 
Laju penguatan dolar AS terhenti, terlihat dari Dollar Index (yang melihat posisi greenback terhadap enam mata uang utama) yang melemah sampai 0,61% pada pukul 12:45 WIB. Indeks ini sudah menguat sejak 25 Juni dan tren itu terputus hari ini. 

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,31% sementara selama sebulan ke belakang penguatannya mencapai 0,69%. Angka ini mungkin cukup menggiurkan, sehingga investor pun tergoda untuk merealisasikan keuntungan. Aksi jual pun melanda dolar AS. 

Tidak hanya itu, sebenarnya data-data terbaru di AS relatif kurang memuaskan. US Bureau of Economic Analysis merevisi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2018 dari 2,2% menjadi 2%. Ini di luar ekspektasi pasar yang memperkirakan tidak ada revisi. 

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi sekitar 70% dari aktivitas ekonomi AS, direvisi menurun ke 0,9% dari sebelumnya sebesar 1%. Alhasil, pertumbuhan pengeluaran konsumen AS kuartal I-2018 menjadi yang terlambat dalam hampir lima tahun terakhir. 

Berita buruk berikutnya adalah angka klaim tunjangan pengangguran yang pekan lalu naik 9.000 menjadi 227.000. Ini juga di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan 220.000. Dua kabar ini menandakan perekonomian AS masih belum pulih 100%, belum ada indikasi ekonomi bergerak terlalu cepat di luar kapasitasnya.

Ujungnya adalah bisa saja The Federal Reserve/The Fed agak memperlambat tempo kenaikan suku bunga acuan. Saat The Fed menjadi kurang agresif dalam menaikkan suku bunga, maka itu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS.
 

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia akan segera mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menyebutkan kemungkinan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 5%. 

Sentimen ini juga sedikit banyak mempengaruhi laju rupiah. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di Indonesia menjadi menarik karena memberikan keuntungan yang lebih. Aliran modal pun mulai masuk ke Indonesia. 

Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 398,88 miliar pada perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) bergerak turun yang menandakan kenaikan harga.  

Pada pukul 12:52 WIB, yield obligasi tenor 10 tahun berada di 7,816%. Turun dibandingkan penutupan kemarin yaitu 7,823%. Aliran modal di pasar saham dan obligasi ini mampu menjadi bahan bakar penguatan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular