
AS-China Makin Panas, Wall Street Akan Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2018 19:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (28/6/2018), Wall Street akan dibuka menguat. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 47 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 7 dan 18 poin.
Tensi yang semakin panas antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni Amerika Serikat dan China menjadi perhatian utama dari investor. Pemerintahan AS kemarin (27/6/2018) mengeluarkan kebijakan guna memperketat investasi perusahaan asal China pada perusahaan teknologi AS.
Pemerintah AS memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS) guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam dengan dasar keamanan nasional.
Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting. Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.
Kebijakan ini tak direspon enteng oleh pihak China. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa pihaknya tidak setuju terhadap penggunaan alasan keamanan nasional untuk membatasi investasi asing.
"China akan memonitor secara ketat proses legislasi dan mengevaluasi dampaknya bagi perusahaan-perusahaan asal China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari Reuters.
"China tak setuju dengan (AS) membatasi investasi asing menggunakan keamanan nasional sebagai alasannya,".
Ketidaksetujuan dari China bisa jadi berbuah kebijakan balasan dalam waktu dekat. Kini, perang dagang dan investasi antar kedua negara benar-benar menjadi ancaman bagi sektor riil.
Kemudian, ketidakpastian juga datang dari Korea Utara. Terlepas dari perjanjiannya dengan AS untuk melakukan denuklirisasi, Korea Utara justru meningkatkan kapasitas dari fasilitas penelitian nuklir yang dimilikinya secara signifikan.
Informasi ini diketahui dari foto satelit yang didapatkan oleh 38 North, sebuah proyek asal AS yang bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang sudah lama mengamati Korea Utara.
"Pembangunan infrastruktur berlanjut di Yongbyon (satu-satunya fasilitas penelitian nuklir milik Korea Utara yang diketahui)," papar Redaktur Pelaksana 38 North Jenny Town melalui akun Twitter.
Pada hari ini pukul 19:30 WIB, data klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 23 Juni serta pembacaan akhir untuk data pertumbuhan ekonomi kuartal-I akan diumumkan.
Pada pukul 23:00 WIB, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan berbicara mengenai hunian murah dan lapangan kerja di Atlanta.
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tensi yang semakin panas antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni Amerika Serikat dan China menjadi perhatian utama dari investor. Pemerintahan AS kemarin (27/6/2018) mengeluarkan kebijakan guna memperketat investasi perusahaan asal China pada perusahaan teknologi AS.
Pemerintah AS memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS) guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam dengan dasar keamanan nasional.
Kebijakan ini tak direspon enteng oleh pihak China. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa pihaknya tidak setuju terhadap penggunaan alasan keamanan nasional untuk membatasi investasi asing.
"China akan memonitor secara ketat proses legislasi dan mengevaluasi dampaknya bagi perusahaan-perusahaan asal China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari Reuters.
"China tak setuju dengan (AS) membatasi investasi asing menggunakan keamanan nasional sebagai alasannya,".
Ketidaksetujuan dari China bisa jadi berbuah kebijakan balasan dalam waktu dekat. Kini, perang dagang dan investasi antar kedua negara benar-benar menjadi ancaman bagi sektor riil.
Kemudian, ketidakpastian juga datang dari Korea Utara. Terlepas dari perjanjiannya dengan AS untuk melakukan denuklirisasi, Korea Utara justru meningkatkan kapasitas dari fasilitas penelitian nuklir yang dimilikinya secara signifikan.
Informasi ini diketahui dari foto satelit yang didapatkan oleh 38 North, sebuah proyek asal AS yang bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang sudah lama mengamati Korea Utara.
"Pembangunan infrastruktur berlanjut di Yongbyon (satu-satunya fasilitas penelitian nuklir milik Korea Utara yang diketahui)," papar Redaktur Pelaksana 38 North Jenny Town melalui akun Twitter.
Pada hari ini pukul 19:30 WIB, data klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 23 Juni serta pembacaan akhir untuk data pertumbuhan ekonomi kuartal-I akan diumumkan.
Pada pukul 23:00 WIB, anggota FOMC Raphael Bostic dijadwalkan berbicara mengenai hunian murah dan lapangan kerja di Atlanta.
(ank/hps) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular