
Rupiah Melemah, Bank Jual Dolar Singapura di Rp 10.500
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 June 2018 09:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Sentimen pelemahan datang dari ekpektasi pengetatan kebijakan moneter seiring rilis data terbaru inflasi di Negeri Singa.
Pada Kamis (28/6/2018), pukul 09.33 WIB, SG$ 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 10.427,18. Rupiah melemah 0,62% dibandingkan perdagangan sebelum libur Pilkada.
Pelemahan rupiah mendorong harga jual dolar Singapura di beberapa bank nasional berada di atas Rp 10.500. Berikut data perdagangan dolar Singapura hingga pukul 09:15 WIB :
Momentum penguatan dolar Singapura kali ini datang dari data inflasi. Pada Mei, inflasi Singapura tercatat 1,5% year-on-year (YoY). Di atas konsensus pasar yang memperkirakan 1,4%.
Percepatan laju inflasi mencerminkan permintaan meningkat sehingga dunia usaha berani menaikkan harga. Namun jika inflasi terlalu cepat juga tida bagus, karena bisa membuat ekonomi terlalu panas (overheat).
Oleh karena itu, otoritas moneter biasanya memiliki target inflasi yang harus dijaga. Di Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) menetapkan target inflasi tahun ini di 0-1%. Artinya inflasi hingga Mei sudah di atas target.
Cara otoritas moneter untuk mengendalikan inflasi salah satunya melalui pengetatan kebijakan moneter. MAS sudah melakukannya pada Maret lalu, tetapi sepertinya belum cukup untuk mengarahkan inflasi sesuai target.
Oleh karena itu, rilis data inflasi Mei membuat pasar mulai memperkirakan MAS akan kembali melakukan pengetatan kebijakan moneter. MAS tidak menggunakan suku bunga acuan, penggantinya adalah rentang intervensi dalam batas tertentu.
Saat MAS memperketat kebijakan moneter, maka likuiditas akan disedot sehingga cenderung ketat. Kebijakan ini telah dilakukan pada Maret, dan bukan tidak mungkin ditempuh lagi dalam waktu dekat untuk mengendalikan inflasi.
Persepsi ini membuat dolar Singapura diuntungkan, karena saat MAS mengetatkan kebijakan moneter maka nilai mata uang ini akan semakin mahal. Investor pun tidak ingin ketinggalan kereta dan memburu dolar Singapura sebelum nilainya benar-benar naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pada Kamis (28/6/2018), pukul 09.33 WIB, SG$ 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 10.427,18. Rupiah melemah 0,62% dibandingkan perdagangan sebelum libur Pilkada.
![]() |
Pelemahan rupiah mendorong harga jual dolar Singapura di beberapa bank nasional berada di atas Rp 10.500. Berikut data perdagangan dolar Singapura hingga pukul 09:15 WIB :
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.220,00 | Rp 10,519,00 |
Bank BNI | Rp 10.297,00 | Rp 10.557,00 |
Bank BRI | Rp 10.345,33 | Rp 10.511,99 |
Bank BCA | Rp 10.258,00 | Rp 10.485,00 |
Momentum penguatan dolar Singapura kali ini datang dari data inflasi. Pada Mei, inflasi Singapura tercatat 1,5% year-on-year (YoY). Di atas konsensus pasar yang memperkirakan 1,4%.
Percepatan laju inflasi mencerminkan permintaan meningkat sehingga dunia usaha berani menaikkan harga. Namun jika inflasi terlalu cepat juga tida bagus, karena bisa membuat ekonomi terlalu panas (overheat).
Oleh karena itu, otoritas moneter biasanya memiliki target inflasi yang harus dijaga. Di Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) menetapkan target inflasi tahun ini di 0-1%. Artinya inflasi hingga Mei sudah di atas target.
Cara otoritas moneter untuk mengendalikan inflasi salah satunya melalui pengetatan kebijakan moneter. MAS sudah melakukannya pada Maret lalu, tetapi sepertinya belum cukup untuk mengarahkan inflasi sesuai target.
Oleh karena itu, rilis data inflasi Mei membuat pasar mulai memperkirakan MAS akan kembali melakukan pengetatan kebijakan moneter. MAS tidak menggunakan suku bunga acuan, penggantinya adalah rentang intervensi dalam batas tertentu.
Saat MAS memperketat kebijakan moneter, maka likuiditas akan disedot sehingga cenderung ketat. Kebijakan ini telah dilakukan pada Maret, dan bukan tidak mungkin ditempuh lagi dalam waktu dekat untuk mengendalikan inflasi.
Persepsi ini membuat dolar Singapura diuntungkan, karena saat MAS mengetatkan kebijakan moneter maka nilai mata uang ini akan semakin mahal. Investor pun tidak ingin ketinggalan kereta dan memburu dolar Singapura sebelum nilainya benar-benar naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular