Penguatan Rupiah Tak Bertahan Lama, Dolar AS Kembali Perkasa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 June 2018 08:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan pagi ini. Namun apresiasi tersebut tidak bertahan lama.
Pada Selasa (26/6/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar berada di Rp 14.125. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah agak tergerus dan bahkan berbalik melemah. Pada pukul 08:15 WIB, US$ 1 berada di RP 14.140. Rupiah masih menguat, tetapi berkurang menjadi 0,17%.
Kemudian pada pukul 08:28 WIB, rupiah malah berbalik melemah 0,04%. Dolar AS berada di Rp 14.155.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan greenback. Melihat pelemahan rupiah, masih banyak mata uang yang terdepresiasi lebih dalam. Misalnya rupee India, yang melemah sampai lebih dari 0,3%.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang Asia pada pukul 08:31 WIB, mengutip Reuters:
Faktor dominan yang membebani mata uang Asia adalah perang dagang. Teranyar, Presiden AS Donald Trump berencana membatasi aktivitas perusahaan China di Negeri Paman Sam. Perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China akan dilarang untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS.
Dewan Keamanan Nasional AS dan Kementerian Perdagangan AS juga tengah merancang peraturan untuk mengontrol ekspor AS ke China untuk menghindari produk-produk berteknologi strategis dikirim ke Negeri Tirai Bambu. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menghalangi pencurian hak kekayaan intelektual dan teknologi strategis oleh China.
Perang dagang kini sudah merambat menjadi perang investasi. Asia, yang mengandalkan ekspor dan investasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, tentu menjadi berisiko dengan perkembangan ini.
Investor pun menjadi enggan bermain dengan aset-aset berisiko dan cenderung mencari aman. Bursa saham Asia berguguran. Indeks Hang Seng dibuka melemah 0,3%, kemudian Shanghai Composite anjlok 1%, Nikkei 225 turun 0,8%, dan Kospi jatuh 0,98%.
Minimnya pasokan dana di pasar keuangan membuat mata uang regional cenderung melemah. Rupiah pun tidak terkecuali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (26/6/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar berada di Rp 14.125. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah agak tergerus dan bahkan berbalik melemah. Pada pukul 08:15 WIB, US$ 1 berada di RP 14.140. Rupiah masih menguat, tetapi berkurang menjadi 0,17%.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan greenback. Melihat pelemahan rupiah, masih banyak mata uang yang terdepresiasi lebih dalam. Misalnya rupee India, yang melemah sampai lebih dari 0,3%.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang Asia pada pukul 08:31 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,53 | -0,21 |
Yuan China | 6,53 | -0,04 |
Won Korea Selatan | 1.114,90 | +0,04 |
Dolar Taiwan | 30,37 | +0,01 |
Rupee India | 68,11 | +0,37 |
Dolar Singapura | 1,36 | -0,08 |
Ringgit Malaysia | 4,02 | +0,10 |
Baht Thailand | 32,92 | +0,03 |
Peso Filipina | 53,38 | -0,17 |
Faktor dominan yang membebani mata uang Asia adalah perang dagang. Teranyar, Presiden AS Donald Trump berencana membatasi aktivitas perusahaan China di Negeri Paman Sam. Perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China akan dilarang untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS.
Dewan Keamanan Nasional AS dan Kementerian Perdagangan AS juga tengah merancang peraturan untuk mengontrol ekspor AS ke China untuk menghindari produk-produk berteknologi strategis dikirim ke Negeri Tirai Bambu. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menghalangi pencurian hak kekayaan intelektual dan teknologi strategis oleh China.
Perang dagang kini sudah merambat menjadi perang investasi. Asia, yang mengandalkan ekspor dan investasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, tentu menjadi berisiko dengan perkembangan ini.
Investor pun menjadi enggan bermain dengan aset-aset berisiko dan cenderung mencari aman. Bursa saham Asia berguguran. Indeks Hang Seng dibuka melemah 0,3%, kemudian Shanghai Composite anjlok 1%, Nikkei 225 turun 0,8%, dan Kospi jatuh 0,98%.
Minimnya pasokan dana di pasar keuangan membuat mata uang regional cenderung melemah. Rupiah pun tidak terkecuali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular