Hingga Tengah Hari, Pelemahan Rupiah Masih Terdalam di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2018 12:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga tengah hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Bahkan depresiasi rupiah kian dalam.
Pada Kamis (21/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.098. Rupiah melemah 1,24% dibandingkan penutupan sebelum libur Idul Fitri.
Kala pembukaan pasar, dolar AS masih berada di bawah Rp 14.000. Namun seiring jalan, penguatan dolar AS semakin menjadi.
Tidak hanya melawan rupiah, greenback pun berjaya di hadapan mata uang regional. Namun dengan depresiasi yang lebih dari 1%, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada puku 12:05 WIB, mengutip Reuters:
Penguatan dolar AS memang tidak tertahankan. Di hadapan enam mata uang utama, dolar AS menguat 0,20% pada pukul 12:08 WIB.
Apresiasi dolar AS disebabkan ekspektasi inflasi di Negeri Paman Sam yang meningkat. Ini terlihat dari imbal hasil (yield) obligasi negara, di mana untuk tenor 10 tahun berada di 2,9462%. Naik dibandingkan hari sebelumnya yaitu 2,928%.
Ekspektasi inflasi datang dari data-data perekonomian AS yang terus positif. Indeks persepsi konsumen perdioe Juni 2018 yang dirilis University of Michigan berada di angka 99,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 98 dan di atas perkiraan pasar yang sebesar 98,5.
Persepsi konsumen mencapai tingkat tertinggi dalam tiga bulan terakhir, yang menandakan masyarakat AS cukup puas dengan situasi ekonomi terkini. Artinya, konsumsi masyarakat akan meningkat dan tentunya menyebabkan efek inflatoir.
Saat inflasi AS terakselerasi, maka The Federal Reserve/The Fed jadi semakin punya alasan untuk menaikkan suku bunga acuan lebih agresif. Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menjaga perekonomian AS dari potensi overheating.
Kabar ini menjadi bensin bagi laju dolar AS. Sejak pertemuan The Fed pekan lalu, dolar AS terus menguat dan belum terhenti. Sebab, bank sentral negara maju lainnya masih abu-abu dalam hal kenaikan suku bunga acuan.
European Central Bank (ECB) diperkirakan baru menaikkan suku bunga acuan pada musim panas 2019. Sementara Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) diramalkan baru menaikkan suku bunga pada pertemuan Agustus, bukan pada rapat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Kamis (21/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.098. Rupiah melemah 1,24% dibandingkan penutupan sebelum libur Idul Fitri.
Kala pembukaan pasar, dolar AS masih berada di bawah Rp 14.000. Namun seiring jalan, penguatan dolar AS semakin menjadi.
![]() |
Tidak hanya melawan rupiah, greenback pun berjaya di hadapan mata uang regional. Namun dengan depresiasi yang lebih dari 1%, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada puku 12:05 WIB, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,68 | +0,30 |
Yuan China | 6,49 | +0,31 |
Won Korea Selatan | 1.109,41 | +0,04 |
Dolar Taiwan | 30,24 | +0,20 |
Rupee India | 68,18 | +0,19 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,27 |
Ringgit Malaysia | 4,01 | +0,15 |
Baht Thailand | 32,92 | +0,34 |
Peso Filipina | 53,41 | +0,26 |
Penguatan dolar AS memang tidak tertahankan. Di hadapan enam mata uang utama, dolar AS menguat 0,20% pada pukul 12:08 WIB.
![]() |
![]() |
Persepsi konsumen mencapai tingkat tertinggi dalam tiga bulan terakhir, yang menandakan masyarakat AS cukup puas dengan situasi ekonomi terkini. Artinya, konsumsi masyarakat akan meningkat dan tentunya menyebabkan efek inflatoir.
Saat inflasi AS terakselerasi, maka The Federal Reserve/The Fed jadi semakin punya alasan untuk menaikkan suku bunga acuan lebih agresif. Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menjaga perekonomian AS dari potensi overheating.
Kabar ini menjadi bensin bagi laju dolar AS. Sejak pertemuan The Fed pekan lalu, dolar AS terus menguat dan belum terhenti. Sebab, bank sentral negara maju lainnya masih abu-abu dalam hal kenaikan suku bunga acuan.
European Central Bank (ECB) diperkirakan baru menaikkan suku bunga acuan pada musim panas 2019. Sementara Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) diramalkan baru menaikkan suku bunga pada pertemuan Agustus, bukan pada rapat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular