IHSG Anjlok, Analis: Investor Tunggu Kebijakan Suku Bunga BI

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
20 June 2018 16:57
Investor melihat hal tersebut sebagai upaya dari BI untuk mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak terus terdepresiasi.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal kenaikan suku bunga acuan yang sampaikan Bank Indonesia (BI) dan relaksasi kebijakan loan to value (LTV) kemarin, berpotensi direspons positif oleh investor. Investor akan melihat hal tersebut sebagai upaya dari BI untuk mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak terus terdepresiasi.

Hal tersebut disampaikan Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, yang mengatakan, "kebijakan kenaikan suku bunga sebenarnya masih bisa direspons positif oleh pasar. Pasalnya, kenaikan suku bunga sekarang ini bukan berarti pengetatan ekonomi, tapi lebih ke upaya menjaga stabilitas nilai tukar, makanya BI juga akan lakukan relaksasi LTV supaya kredit properti bisa ekspansi," terang Hans Kwee kepada media saat dijumpai di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/6).
 
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, yang paling penting dilakukan adalah relaksasi terhadap kredit properti inden. Pelonggaran terhadap kredit inden sangat diharapkan para pemain sektor properti, karena salah satu yang menekan kredit properti saat ini adalah ketatnya aturan kredit inden.
 
Sinyal kenaikan suku bunga dari bank sentral ini merupakan respons dan penyesuaian dari keputusan The Fed yang dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, ditambah dengan meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok.
 
"Suku bunga AS memang agresif bergerak ke atas, tentu ini akan tekan pasar kita karena yield (imbal hasil) dari surat utang AS akan ikut bergerak naik, sehingga ada tekanan di pasar bond kita," tambahnya.
 
Hans Kwee mengakui, potensi tersebut memang akan selalu terjadi. Tetapi, adanya kekhawatiran seperti saat ini hanya efek sementara untuk pasar.
 
"BI pasti akan merespon situasi ini. Kenaikan suku bunga acuan bisa meredam gejolak nilai tukar, karena kalau kita lihat saat ini imbas dari perang dagang memang menyebabkan pelemahan nilai tukar, sebab pelaku pasar cenderung menggerakkan uangnya ke negara save haven currency, itulah kenapa kalau kita lihat mata uang Yen, Franc Swiss, dan dolar AS menguat," ujar Hans Kwee.
 
Ia juga berpendapat, dorongan sentimen positif untuk IHSG diprediksi baru akan terjadi bulan depan, ketika musim emiten melaporkan kinerja perusahaan di kuartal II 2018 ini. Menurutnya, jika ada kinerja perusahaan yang positif, indeks tentu akan bergerak ke atas.
 
Ia juga mencatat, setiap menjelang tahun pemilu, indeks memang cenderung bergerak negatif. "Nah, tahun sesudah pemilu biasanya IHSG akan naik, jadi mungkin sekarang memang agak berat untuk bergerak ke atas, dan kalau tahun ini IHSG bisa tembus ditutup di level 6.100-6.200 itu sudah cukup bagus," pungkas Hans Kwee.


(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular