
Dolar AS Masih Perkasa di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 June 2018 09:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) masih menjadi 'raja' mata uang. Tidak hanya terhadap mata uang utama, greenback pun berjaya di Asia.
Pada Rabu (20/6/2018) pukul 09:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,04%. Meski melandai dibandingkan kemarin, tetapi tren apresiasi dolar AS masih berlanjut.
Sementara di Asia, dolar AS pun cenderung menguat. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:12 WIB, seperti dikutip dari Reuters:
Salah satu energi bagi penguatan dolar AS adalah data perumahan. Pembangunan rumah baru (housing starts) di AS periode Mei 2018 tumbuh 5% secara year-on-year (YoY). Jauh di atas bulan sebelumnya yang turun 3,1%. Pertumbuhan Mei merupakan yang tertinggi sejak Juli 2007.
Data terbaru ini semakin mengonfirmasi bahwa perekonomian Negeri Paman Sam sudah pulih. Akibatnya, peluang The Federal Reserve/The Fed untuk memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif pun terbuka lebar.
Apalagi median dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) pada rapat Juni 2018 sudah mengarah ke 2,25-2,5% pada akhir 2018. Artinya butuh dua kali kenaikan lagi, atau menjadi empat kali sepanjang tahun ini. Lebih banyak ketimbang perkiraan pasar yaitu tiga kali kenaikan selama 2018.
Situasi ini tentu menguntungkan dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat instrumen berbasis dolar AS menjadi kian menarik karena menawarkan keuntungan lebih. Aliran dana yang mengarah ke AS menjadi pijakan bagi apresiasi greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Pada Rabu (20/6/2018) pukul 09:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,04%. Meski melandai dibandingkan kemarin, tetapi tren apresiasi dolar AS masih berlanjut.
Sementara di Asia, dolar AS pun cenderung menguat. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:12 WIB, seperti dikutip dari Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,15 | +0,11 |
Yuan China | 6,47 | -0,13 |
Won Korea Selatan | 1.107,60 | -0,33 |
Dolar Taiwan | 30,19 | +0,05 |
Rupee India | 68,31 | +0,40 |
Dolar Singapura | 1,36 | -0,06 |
Ringgit Malaysia | 4.00 | +0,02 |
Baht Thailand | 32,71 | -0,06 |
Peso Filipina | 53,32 | +0,11 |
Salah satu energi bagi penguatan dolar AS adalah data perumahan. Pembangunan rumah baru (housing starts) di AS periode Mei 2018 tumbuh 5% secara year-on-year (YoY). Jauh di atas bulan sebelumnya yang turun 3,1%. Pertumbuhan Mei merupakan yang tertinggi sejak Juli 2007.
Data terbaru ini semakin mengonfirmasi bahwa perekonomian Negeri Paman Sam sudah pulih. Akibatnya, peluang The Federal Reserve/The Fed untuk memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif pun terbuka lebar.
Apalagi median dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) pada rapat Juni 2018 sudah mengarah ke 2,25-2,5% pada akhir 2018. Artinya butuh dua kali kenaikan lagi, atau menjadi empat kali sepanjang tahun ini. Lebih banyak ketimbang perkiraan pasar yaitu tiga kali kenaikan selama 2018.
Situasi ini tentu menguntungkan dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat instrumen berbasis dolar AS menjadi kian menarik karena menawarkan keuntungan lebih. Aliran dana yang mengarah ke AS menjadi pijakan bagi apresiasi greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Most Popular