Euro Kembali 'Dihukum', Dolar AS Berbalik Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 June 2018 15:00
Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat setelah investor kembali mengalihkan pandangan ke Eropa.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat setelah investor kembali mengalihkan pandangan ke Eropa. Pelaku pasar kini menantikan pertemuan European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, untuk melihat arah kebijakan moneter Benua Biru ke depan. 

Pada Selasa (19/6/2018) oukul 14:38 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,15%. Padahal sejak pagi indeks ini cenderung melemah. 

Euro Kembali 'Dihukum', Dolar AS Berbalik PerkasaReuters

Dolar AS utamanya menguat terhadap euro. Di hadapan euro, greenback menguat lumayan tajam yaitu 0,32%. Penyebabnya adalah investor kini mulai kembali menyoroti Eropa.

ECB dijadwalkan menggelar forum di Sintra pada 19-20 Juni ini. Para petinggi ECB seperti Presiden Mario Draghi dan Kepala Ekonom Michael Praet dijadwalkan menghadiri acara ini. Tidak hanya dari Eropa, para pejabat Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) hingga Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) juga akan hadir.
 

Namun, pelaku pasar sepertinya sudah terlanjur negatif menilai ECB. Pada rapat edisi Juni yang berlangsung pekan lalu, ECB memutuskan untuk mengakhiri program stimulus moneter pada akhir 2018, dan mulai mengurangi dosisnya pada September tahun ini.  

Hingga sekarang, ECB masih memborong surat berharga senilai 30 miliar euro (Rp 490,62 triliun) setiap bulannya. Namun mulai September, nilainya akan dikurangi setengahnya sebelum selesai pada akhir tahun. 

Pengurangan stimulus atau tapering adalah pintu masuk menuju pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga. ECB memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga sepertinya baru ditempuh pada pertengahan tahun depan, tetapi itu pun masih abu-abu. 

"Dewan memperkirakan suku bunga kebijakan akan masih bertahan di level yang sekarang setidaknya sampai musim panas 2019. Suku bunga akan dipertahankan sepanjang itu dibutuhkan," sebut ECB dalam pernyataan resminya. 

Kalimat terakhir itu tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Investor memperkirakan setidaknya ECB lebih berani dan mulai tegas mengeksekusi kenaikan suku bunga pada pertengahan tahun depan. Kini, investor memperkirakan ECB baru menaikkan suku bunga pada September 2019, mundur tiga bulan dari proyeksi sebelumnya. 

Oleh karena itu, pelaku pasar menilai forum di Sintra hanya menegaskan retorika ECB, sama seperti yang terjadi pekan lalu. Harapan pasar yang rendah ini diwujudkan dengan melepas euro di pasar keuangan. Euro kembali 'dihukum' oleh pasar.

Aliran modal pun masih mengarah ke AS sehingga membuat greenback kembali perkasa. Tidak hanya di pasar valas, aliran modal juga masuk ke aset-aset berbasis dolar AS. 

Misalnya obligasi. Pada pukul 14:53 WIB, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun berada di 2,8657%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yaitu 2,926%. Penurunan yield berarti harga instrumen ini sedang naik, pertanda minat investor tengah meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article BI: Pelemahan Rupiah di Tengah Corona Relatif Rendah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular