ECB Hentikan Stimulus, Euro Malah Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro anjlok pasca bank sentral Eropa yakni European Central Bank (ECB) mengumumkan berakhirnya suntikan stimulus moneter (quantitative easing/QE) pada akhir 2018. Sebelum hal tersebut diumumkan, 1 euro dihargai US$1,1818. Kini, 1 euro hanya dihargai US$1,1682. Euro melemah hingga 0,92% jika dibandingkan dengan posisi kemarin (13/6/2018).

Padahal, secara teori penghentian QE bisa berdampak positif bagi nilai tukar euro. Dengan ECB berhenti menggelontorkan uang ke denyut nadi perekonomian negara-negara zona euro, jumlah uang beredar akan menjadi lebih terjaga sehingga euro bisa lebih dihargai oleh investor.

Pelaku pasar nampak lebih fokus pada pernyataan ECB bahwa suku bunga akan tetap pada level saat ini setidaknya sampai musim panas tahun depan. Tiga tingkat suku bunga yaitu main refinancing rate, marginal lending facility rate, dan deposit facility rate pada hari ini diputuskan tak berubah masing-masing di level 0%, 0,25%, dan -0,4%.

Suku bunga yang masih rendah mengindikasikan bahwa euro belum akan tersedot dari peredaran. Akibatnya, euro menjadi kehilangan pijakannya di hadapan dolar AS, mengingat pada dini hari tadi the Federal Reserve selaku bank sentral AS memutuskan untuk mengerek tingkat suku bunga acuan sebesar 25bps. Kini, the Fed diperkirakan akan mengerek suku bunganya sebesar 50bps lagi pada tahun ini yang akan terbagi dalam 2 tahap.
(ank/hps) Next Article Minggu Ini Jadi Ajang Unjuk Gigi Dolar AS