Rupiah Melemah, Investor Lepas Saham Bank BUKU IV

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 June 2018 15:41
Saham-saham emiten bank yang masuk dalam kategori BUKU IV menjadi sasaran jual investor pada perdagangan terakhir menjelang libur panjang.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten bank yang masuk dalam kategori BUKU IV menjadi sasaran jual investor pada perdagangan terakhir menjelang libur panjang. Dari 5 emiten bank yang masuk dalam kategori BUKU IV, hanya 1 yang harga sahamnya mampu naik ke zona hijau, yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang naik sebesar 2,73%.

Sementara itu, sisanya terperosok ke zona merah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 3,98%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,39%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 3,55%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 2,39%.

Akibat aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV, indeks saham sektor jasa keuangan anjlok sebesar 2,33%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.

Pelemahan rupiah menjadi motor utama yang melandasi investor melakukan aksi jual, selain juga sentimen eksternal yang kurang mendukung berupa suramnya prospek dari pertemuan pimpinan-pimpinan negara anggota G7 yang akan digelar hari ini di Quebec, Kanada.

Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah hingga 0,48% di pasar spot ke level Rp 13.932/dolar AS. Ketika rupiah melemah signifikan seperti yang kita lihat saat ini, timbul persepsi bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akan naik seperti pada tahun 2015 silam.

Kenaikan rasio NPL akan berdampak negatif bagi profitabilitas perbankan lantaran ada pencadangan yang harus disiapkan oleh mereka.

Dolar AS memang berada dalam posisi yang cukup perkasa hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat 0,16% ke level 93,542. Dolar AS berhasil bangkit setelah kemarin agak babak-belur ditekan oleh euro.

Penguatan euro datang menyusul pernyataan Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) Michael Praet yang menyebut inflasi di benua Biru sudah bergerak sesuai sasaran. Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya bagi ECB untuk mengurangi stimulus moneter yang selama ini dikucurkan.

Kini, investor mulai mengambil posisi jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 12-13 Juni mendatang. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) diperkirakan menaikkan suku bunga acuan ke level 1,75-2%. Probabilitas kenaikan sebesar 25 basis poin ini adalah 93,8%, mengutip CME Fedwatch.

Apalagi, ruang bagi the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan lebih dari 3 kali pada tahun ini kembali terbuka lebar, didukung oleh positifnya rilis data-data ekonomi belakangan ini.

Teranyar, jumlah pengisi tunjangan tunakarya (jobless claim) pada pekan yang berakhir 2 Juni tercatat sebesar 222.000 orang, turun 1.000 orang dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih baik ketimbang ekspektasi pasar yaitu 225.000 orang. Situasi tersebut membuat dolar AS diburu oleh pelaku pasar.
(hps) Next Article Diincar OCBC, Saham Bank Permata Berbalik Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular