
Akhir Sesi 1, Rilis Data Keyakinan Konsumen Bawa IHSG Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 June 2018 12:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,38% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 6.092,77. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham kawasan regional yang juga ditransaksikan di zona hijau.
Indeks Nikkei menguat 0,79%, indeks Shanghai menguat 0,06%, indeks Hang Seng menguat 0,55%, indeks Strait Times menguat 0,16%, indeks Kospi menguat 0,66%, indeks SET (Thailand) menguat 0,25%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 1,05%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,9 triliun dengan volume sebanyak 4,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 220.597 kali.
Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menggembirakan menjadi penyelamat bursa saham domestik sampai dengan akhir sesi 1. Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan IKK periode Mei 2018 di level 125,1, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 122,2.
"Peningkatan optimisme konsumen didorong oleh peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE). Hal ini didorong oleh adanya THR (Tunjangan Hari Raya) dan menyambut Idul Fitri," sebut BI dalam rilis resminya.
Kenaikan IKK pada bulan lalu merupakan yang kedua sepanjang tahun ini, setelah IKK periode April juga naik dibandingkan dengan IKK Maret (dari 121,6 menjadi 122,2). Sementara pada 3 bulan pertama tahun ini, IKK terus menurun, walaupun masih berada di level yang optimis (di atas 100).
Hasilnya, saham-saham barang konsumsi diburu oleh investor; indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,66%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi penguatan IHSG.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang membukukan penguatan diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+3,55%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,49%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,13%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,27%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,81%).
Di sisi lain, risiko pelemahan rupiah membayangi pergerakan IHSG. Sampai dengan siang hari ini, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 13.865/dolar AS. Pelemahan rupiah ini patut diwaspadai oleh investor. Pasalnya, dolar AS sejatinya sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,21% ke level 93,464.
Bisa jadi, investor tak menanggapi positif kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut yang akan diambil oleh Bank Indonesia (BI). Kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo telah memastikan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut.
"BI akan terus mempertimbangkan perkembangan domesik dan internasional untuk memanfaatkan kenaikan bunga secara terukur. Itu forward guidance. Kita lihat probablitias kenaikan bunga memang ada tapi tidak gila-gilaan. Terukur," kata Perry di Kantornya, Rabu (6/6/2018).
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, bank-bank sangat mungkin menaikkan suku bunga kredit mereka. Akibatnya, perekonomian bisa semakin tertekan. Hal ini pada akhirnya mengurangi daya tarik dari mata uang rupiah.
Seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 194,1 miliar. Ketika rupiah melemah, berinvestasi dalam aset-aset berdenominasi rupiah menjadi kurang menarik, lantaran ada potensi rugi kurs yang harus ditanggung.
Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 48,9 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 32,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 30,9 miliar), PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 26,9 miliar), dan PT XL Axiata Tbk/EXCL (Rp 26,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Keyakinan Konsumen Naik, Saham Sektor Ini Bisa Dilirik
Indeks Nikkei menguat 0,79%, indeks Shanghai menguat 0,06%, indeks Hang Seng menguat 0,55%, indeks Strait Times menguat 0,16%, indeks Kospi menguat 0,66%, indeks SET (Thailand) menguat 0,25%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 1,05%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,9 triliun dengan volume sebanyak 4,9 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 220.597 kali.
"Peningkatan optimisme konsumen didorong oleh peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE). Hal ini didorong oleh adanya THR (Tunjangan Hari Raya) dan menyambut Idul Fitri," sebut BI dalam rilis resminya.
Kenaikan IKK pada bulan lalu merupakan yang kedua sepanjang tahun ini, setelah IKK periode April juga naik dibandingkan dengan IKK Maret (dari 121,6 menjadi 122,2). Sementara pada 3 bulan pertama tahun ini, IKK terus menurun, walaupun masih berada di level yang optimis (di atas 100).
Hasilnya, saham-saham barang konsumsi diburu oleh investor; indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,66%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi penguatan IHSG.
Saham-saham sektor barang konsumsi yang membukukan penguatan diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+3,55%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,49%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,13%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,27%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,81%).
Di sisi lain, risiko pelemahan rupiah membayangi pergerakan IHSG. Sampai dengan siang hari ini, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 13.865/dolar AS. Pelemahan rupiah ini patut diwaspadai oleh investor. Pasalnya, dolar AS sejatinya sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,21% ke level 93,464.
Bisa jadi, investor tak menanggapi positif kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut yang akan diambil oleh Bank Indonesia (BI). Kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo telah memastikan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut.
"BI akan terus mempertimbangkan perkembangan domesik dan internasional untuk memanfaatkan kenaikan bunga secara terukur. Itu forward guidance. Kita lihat probablitias kenaikan bunga memang ada tapi tidak gila-gilaan. Terukur," kata Perry di Kantornya, Rabu (6/6/2018).
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, bank-bank sangat mungkin menaikkan suku bunga kredit mereka. Akibatnya, perekonomian bisa semakin tertekan. Hal ini pada akhirnya mengurangi daya tarik dari mata uang rupiah.
Seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 194,1 miliar. Ketika rupiah melemah, berinvestasi dalam aset-aset berdenominasi rupiah menjadi kurang menarik, lantaran ada potensi rugi kurs yang harus ditanggung.
Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 48,9 miliar), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (Rp 32,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 30,9 miliar), PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 26,9 miliar), dan PT XL Axiata Tbk/EXCL (Rp 26,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Keyakinan Konsumen Naik, Saham Sektor Ini Bisa Dilirik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular