Hanya Melemah Tipis, Depresiasi Rupiah Terdalam Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 June 2018 08:41
Rupiah belum mampu melanjutkan momentum penguatan yang terjadi kemarin.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah pada perdagangan hari ini. Rupiah belum mampu melanjutkan momentum penguatan yang terjadi kemarin. 

Pada Kamis (7/6/2018), US$ 1 pada pembukaan pasar spot ditransaksikan di Rp 13.855. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan penutupan kemarin. 

Seiring perjalanan, rupiah terus melemah meski dalam rentang tipis. Pada pukul 08:21 WIB, rupiah melemah 0,06% ke Rp 13.858/US$. 

Sementara sejumlah mata uang utama Asia cenderung menguat. Rupee India mengalami apresiasi paling tajam. 

Namun dengan depresiasi 0,06%, rupiah harus menerima nasib menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam kedua setelah won Korea Selatan. Padahal depresiasi yang dialami rupiah bisa dibilang sangat tipis. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:25 WIB:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,09+0,06
Yuan China6,38+0,30
Won Korsel1.066,90-0,07
Dolar Taiwan29,65+0,01
Rupee India66,83+0,39
Dolar Singapura1,33+0,10
Peso Filipina52,38-0,01
Baht Thailand31,85+0,16
 
Mata uang Asia cenderung mampu memanfaatkan posisi dolar AS yang sedang defensif. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, melemah 0,18%. 

Dolar AS tertekan akibat lesatan euro. Mata uang Benua Biru mendapat energi luar biasa untuk menguat setelah komentar pejabat Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB). 

Kemarin, Kepala Ekonom ECB Michael Praet menyatakan bahwa laju inflasi di Eropa sudah mendekati target sasaran. Oleh karena itu, ECB sepertinya mulai mempertimbangkan untuk mengurangi dosis stimulus moneter. Langkah yang akrab disebut tapering off. 

"Sinyal inflasi menuju sasaran kami sudah semakin terlihat. Dengan ekonomi Eropa yang semakin kuat dan upah yang meningkat, maka kami semakin yakin bahwa inflasi memang masih di bawah 2% tetapi sudah sangat mendekati itu dalam jangka menengah," jelas Praet, dikutip dari Reuters. 

Inflasi di zona euro melompat ke 1,9% pada Mei dibandingkan 1,2% bulan sebelumnya. Kemudian, angka pengangguran juga turun dari 8,6% menjadi 8,5%, yang merupakan level terendah dalam sembilan tahun.  

Dengan perkembangan ini, pengetatan moneter di Eropa sepertinya sudah di depan mata. Kenaikan suku bunga acuan mungkin masih dalam horizon yang jauh, tetapi tapering off yang kemungkinan akan dilakukan dalam waktu dekat. 

Penguatan euro pun tak tertahankan. Terhadap dolar AS, euro pagi ini menguat hingga 0,2%. 

Akan tetapi, rupiah dan beberapa mata uang regional tidak mampu memanfaatkan posisi dolar AS tersebut. Suntikan energi dari pernyataan Perry Warijyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), yang bernada hawkish kemarin ternyata tidak bertahan lama. 


Namun masih ada potensi rupiah untuk berbalik arah. Malam tadi, BI merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang cukup solid. Hal ini diharapkan bisa menjadi katalis bagi investor untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia, dan bisa menjadi pijakan bagi rupiah untuk menguat. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular