AS-China Sedang Mesra, Wall Street Siap Lanjutkan Penguatan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 June 2018 20:07
Pada perdagangan hari ini, Wall Street akan dibuka menguat. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS.
Foto: REUTERS/Chip East
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (6/6/2018), Wall Street akan dibuka menguat. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan 119 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 9 dan 24 poin.

Mesranya hubungan antara AS dengan China dalam hal perdagangan telah memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk berinvestasi di instrumen berisiko seperti saham.

Melansir Business Insider Singapore, pejabat pemerintahan China telah menawarkan tambahan pembelian barang-barang asal AS senilai hampir US$ 70 miliar pada tahun depan jika AS membatalkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Negeri Panda.

Tawaran ini diungkapkan kala Menteri perdagangan AS Wilbur Ross mengunjungi China pada akhir pekan kemarin. Barang-barang yang akan dibeli oleh China berupa kedelai, jagung, gas alam, minyak mentah, batu bara, dan beberapa produk lainnya.

Membalas etikat baik dari China, AS bergerak cepat dalam membebaskan ZTE dari sanksi. Reuters melaporkan bahwa ZTE telah menandatangani kesepakatan awal yang bisa mencabut larangan untuk membeli komponen-komponen asal pabrikan AS.

Perjanjian tersebut meliputi komitmen membayar denda senilai US$ 1 miliar plus US$ 400 juta. Selain itu, ZTE juga sepakat untuk memperbolehkan pengawas dari pihak AS mendatangi pabrik mereka untuk memastikan komponen buatan Negeri Adidaya benar-benar digunakan. ZTE juga wajib mencantumkan besaran kandungan lokal AS dalam produk mereka di situs resmi, serta merombak jajaran direksi dalam 30 hari ke depan.

Sebelumnya, sanksi yang berdurasi selama 7 tahun tersebut diterapkan karena perusahaan melanggar kesepakatan yang dibuat dengan pemerintahan AS pada tahun 2017 pasca ketahuan menjual produknya secara ilegal ke Iran dan Korea Utara.

Kondusifnya hubungan antar kedua negara sangat mungkin membuat kesepakatan dagang dapat diteken dalam waktu dekat. Kepala Ekonom S&P Global Paul Gruenwald sempat mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi global bisa berkurang sekitar 1% jika perang dagang benar-benar terjadi.

Di sisi lain, persepsi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh the Federal Reserve menghantui laju Wall Street. Hingga berita ini diturunkan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level 2,9497% dibandingkan posisi kemarin (5/6/2018) yang sebesar 2,919%.

Pemicunya adalah positifnya data-data ekonomi. Data ISM Non-Manufacturing Employment Index periode Mei tercatat di level 54,1, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53,6. Kemudian, data ISM Non-Manufacturing Paid Index juga naik ke level 64,3 dari sebelumnya 61,8.

Pada hari ini pukul 21:30, data perubahan cadangan minyak AS untuk minggu yang berakhir pada 1 Juni akan dirilis oleh Energy Information Administration. Konsensus yang dihimpun oleh Reuters memproyeksikan cadangan minyak AS akan turun sebanyak 1,82 juta barel.

Jika cadangan minyak turun lebih banyak dari ekspektasi, maka harga minyak mentah dunia akan naik dan mendorong inflasi AS ke atas. Hal ini pada akhirnya bisa semakin mendorong naik imbal hasil obligasi dan membuat investor menginggalkan pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular