
BI Buka Peluang Naikkan Bunga, Rupiah Terbaik Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 June 2018 12:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu berbalik arah setelah dibuka menguat. Faktor penting yang menjadi suntikan energi bagi rupiah adalah pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Pada Rabu (6/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 ditransaksikan di Rp 13.840. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka melemah tipis 0,04%. Kemudian rupiah terus melemah, dan mulai berbalik arah sekitar pukul 10:00 WIB.
Namun penguatan rupiah awalnya tidak signifikan. Apresiasi tajam baru terjadi sekitar pukul 11:00 WIB.
Sementara mata uang Asia pun cenderung menguat. Dengan apresiasi 0,25%, rupiah jadi mata uang dengan penguatan terbaik kedua di Asia. Hanya won Korea Selatan yang performanya lebih baik dari rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 12:13 WIB:
Obat kuat yang cespleng buat rupiah datang dari Perry. Pengganti Agus DW Martowardojo ini kembali mengeluarkan pernyataan bernada hawkish.
Menurut Perry, ke depan masih ada ruang untuk kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate. Sebagai informasi, BI sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan bulan lalu dengan total 50 basis poin.
"BI akan terus mempertimbangkan perkembangan domesik dan internasional untuk memanfaatkan kenaikan bunga secara terukur. Itu forward guidance. Kita lihat probabilitas kenaikan bunga memang ada, tapi tidak gila-gilaan. Terukur," tegas Perry.
Pasar pun merespons positif pernyataan tersebut. Apalagi pekan depan The Federal Reserve/The Fed akan mengadakan rapat, dan diperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan menjadi 1,75-2%.
Pernyataan Perry hari ini lagi-lagi memunculkan persepsi bahwa BI ahead the curve. BI dinilai cukup baik mengantisipasi kebijakan moneter AS yang terus mengetat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Rabu (6/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 ditransaksikan di Rp 13.840. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka melemah tipis 0,04%. Kemudian rupiah terus melemah, dan mulai berbalik arah sekitar pukul 10:00 WIB.
![]() |
Sementara mata uang Asia pun cenderung menguat. Dengan apresiasi 0,25%, rupiah jadi mata uang dengan penguatan terbaik kedua di Asia. Hanya won Korea Selatan yang performanya lebih baik dari rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 12:13 WIB:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,93 | -0,14 |
Yuan China | 6,39 | +0,15 |
Won Korsel | 1.067,51 | +0,32 |
Dolar Taiwan | 29,73 | +0,23 |
Rupee India | 67,06 | +0,04 |
Dolar Singapura | 1,33 | +0,16 |
Peso Filipina | 52,35 | -0,01 |
Baht Thailand | 31,88 | +0,13 |
Obat kuat yang cespleng buat rupiah datang dari Perry. Pengganti Agus DW Martowardojo ini kembali mengeluarkan pernyataan bernada hawkish.
Menurut Perry, ke depan masih ada ruang untuk kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate. Sebagai informasi, BI sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan bulan lalu dengan total 50 basis poin.
"BI akan terus mempertimbangkan perkembangan domesik dan internasional untuk memanfaatkan kenaikan bunga secara terukur. Itu forward guidance. Kita lihat probabilitas kenaikan bunga memang ada, tapi tidak gila-gilaan. Terukur," tegas Perry.
Pasar pun merespons positif pernyataan tersebut. Apalagi pekan depan The Federal Reserve/The Fed akan mengadakan rapat, dan diperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan menjadi 1,75-2%.
Pernyataan Perry hari ini lagi-lagi memunculkan persepsi bahwa BI ahead the curve. BI dinilai cukup baik mengantisipasi kebijakan moneter AS yang terus mengetat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular