Minim Sentimen, Rupiah Kembali Melemah Tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 June 2018 08:37
Minim Sentimen, Rupiah Kembali Melemah Tipis
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan pelemahannya. Sentimen domestik yang minim membuat rupiah terombang-ambing mengikuti pergerakan pasar seakan tanpa jangkar. 

Pada Rabu (6/6/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot dihargai Rp 13.880. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Sementara mata uang utama Asia bergerak terbatas cenderung menguat. Dengan depresiasi 0,04%, rupiah bukan jadi yang paling dalam. Yen Jepang mengalami depresiasi yang lebih dalam, meski lagi-lagi hanya dalam rentang tipis. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 08:20 WIB: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,84-0,05
Yuan China6,40+0,01
Won Korsel1.070,25+0,07
Dolar Taiwan29,78+0,09
Rupee India67,09-0,04
Dolar Singapura1,34+0,06
Peso Filipina52,34+0,03
Baht Thailand31,93-0,03
 
Dolar AS sendiri juga sedang datar-datar saja, meski sedikit melemah. Di hadapan enam mata uang utama, greenback melemah 0,08%. 

Sepertinya investor sedang bergerak hati-hati. Sikap wait and see ini semakin terlihat kala imbal hasil (yield) obligasi negara AS justru naik.

Saat ini, yield untuk tenor 10 tahun berada di 2,9351%, naik dibandingkan penutupan kemarin yaitu 2,919%.
 Artinya, aliran dana juga tidak menuju ke pasar obligasi.

Pelaku pasar sepertinya tengah mempersiapkan amunisi menantikan rapat The Federal Reserve/The Fed pada 13 Juni, yang tinggal hitungan hari. Dalam rapat tersebut, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2%. Kemungkinannya mencapai 93,8%, mengutip CME Federal Funds Futures.
 

Perilaku ekstra hati-hati ini sudah terlihat di Wall Street. Pada perdagangan yang berakhir dini hari tadi waktu Indonesia, perdagangan berlangsung kurang semarak dengan volume 6,58 miliar unit saham. Di bawah rata-rata 20 sesi perdagangan terakhir yaitu 6,64 miliar unit saham. 

Akibatnya, Wall Street pun seakan jalan di tempat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun tipis 0,06%, S&P 500 naik 0,07%, dan Nasdaq menguat 0,41%. 

Selain itu, investor juga mungkin mencemaskan perkembangan perang dagang. Meksiko sudah menerapkan bea masuk untuk membalas kebijakan serupa yang diterapkan oleh AS. 

Kini, impor daging babi, apel, dan kentang dikenakan bea masuk 20%. Kemudian baja harus membayar 25%. Sementara keju dan bourbon wajib membayar bea masuk 25%. 

Untuk menyelesaikan friksi dagang dengan para tetangganya, Presiden AS Donald Trump berniat untuk menggantikan skema Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan kesepakatan bilateral. "Presiden tengah mencari jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan terbesar bagi AS. Apakah itu melalui NAFTA atau jalan lain, pilihan-pilihan itu ada," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters. 

Namun upaya membuat kesepakatan bilateral sepertinya tidak akan mulus karena Meksiko dan Kanada menolak. "Saya masih percaya dengan NAFTA. Kami akan terus bekerja dan melindungi kepentingan Kanada," tegas Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada. 

Ketika tensi semakin panas, maka perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dipertaruhkan. Kepala Ekonom S&P Global Paul Gruenwald memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia bisa berkurang sekitar 1% jika perang dagang benar-benar terjadi. Tentu bukan kabar baik buat pasar keuangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular