
Dibayangi Risiko Suku Bunga, Wall Street Siap Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 June 2018 18:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (4/6/2018,) Wall Street akan dibuka menguat. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan 124 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 10 dan 29 poin.
Sejumlah sentimen positif berhasil mengungguli sentimen negatif berupa naiknya imbal hasil obligasi AS. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Kini, kedua partai tersebut mengusung Giovanni Tria sebagai Menteri Ekonomi yang baru. Pria berusia 69 tahun tersebut merupakan seorang profesor di bidang ekonomi yang dikenal sering menyuarakan kritiknya terhadap tata kelola ekonomi di wilayah Uni Eropa.
Perbedannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro. Akibatnya, timbul persepsi bahwa Italia masih akan menetap di Uni Eropa.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
Aura positif yang datang dari kedua hal tersebut kembali menimbulkan appetite dari investor untuk berburu instrumen berisiko seperti saham.
Di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan di atas, risiko kenaikan imbal hasil obligasi AS sedang mengintai. Hingga berita ini diturunkan, imbal hasil obligasi terbitan Negeri paman Sam naik tenor 10 tahun naik ke level 2,9168%, dari posisi hari Jumat yang sebesar 2,895%.
Naiknya imbal hasil mendekati level psikologis 3% dipicu oleh kuatnya data tenaga kerja AS yang diumumkan hari Jumat kemarin. Penciptaan lapangan kerja diluar sektor pertanian untuk periode Mei tercatat sebesar 223.000, jauh mengungguli konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 188.000. Seiring dengan pesatnya penciptaan lapangan kerja, tingkat pengangguran turun ke level 3,8%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 3,9%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah dalam 18 tahun terakhir.
Akibatnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh the Federal Reserve kembali timbul dan mendorong imbal hasil obligasi naik. Jika imbal hasil terus merangkak naik pada perdagangan hari ini, investor bisa dipaksa kabur dari pasar saham.
Pada pukul 21:00 WIB, ada dua rilis data yang berpotensi semakin mendorong imbal hasil obligasi untuk naik, yakni data pemesanan barang dan barang tahan lama periode April oleh industri di AS.
(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Sejumlah sentimen positif berhasil mengungguli sentimen negatif berupa naiknya imbal hasil obligasi AS. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Perbedannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro. Akibatnya, timbul persepsi bahwa Italia masih akan menetap di Uni Eropa.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
Aura positif yang datang dari kedua hal tersebut kembali menimbulkan appetite dari investor untuk berburu instrumen berisiko seperti saham.
Di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan di atas, risiko kenaikan imbal hasil obligasi AS sedang mengintai. Hingga berita ini diturunkan, imbal hasil obligasi terbitan Negeri paman Sam naik tenor 10 tahun naik ke level 2,9168%, dari posisi hari Jumat yang sebesar 2,895%.
Naiknya imbal hasil mendekati level psikologis 3% dipicu oleh kuatnya data tenaga kerja AS yang diumumkan hari Jumat kemarin. Penciptaan lapangan kerja diluar sektor pertanian untuk periode Mei tercatat sebesar 223.000, jauh mengungguli konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 188.000. Seiring dengan pesatnya penciptaan lapangan kerja, tingkat pengangguran turun ke level 3,8%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 3,9%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah dalam 18 tahun terakhir.
Akibatnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh the Federal Reserve kembali timbul dan mendorong imbal hasil obligasi naik. Jika imbal hasil terus merangkak naik pada perdagangan hari ini, investor bisa dipaksa kabur dari pasar saham.
Pada pukul 21:00 WIB, ada dua rilis data yang berpotensi semakin mendorong imbal hasil obligasi untuk naik, yakni data pemesanan barang dan barang tahan lama periode April oleh industri di AS.
(ank/ank) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular