
Gara-gara Data Inflasi, Rupiah Loyo di Asia dan Eropa
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
04 June 2018 17:06

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah bergerak variatif cenderung melemah terhadap mata uang Asia dan Eropa pada perdagangan sore hari ini. Awalnya rupiah mampu menguat, tetapi semua berbalik setelah rilis data inflasi Mei 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada Senin (4/6/2018) pukul 16:05 WIB, rupiah cenderung melemah di hadapan sejumlah mata uang Asia dan Eropa. Berikut pergerakan rupiah terhadap beberapa mata uang utama seperti yang dilansir dari Reuters:
Pagi tadi, rupiah sempat menguat terhadap berbagai mata uang. Namun kondisi itu berbalik setelah BPS mengumumkan data inflasi Mei 2018.
Laju inflasi Mei secara bulanan (month-to-month/MtM) adalah 0,21%. Kemudian inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 3,23% dan inflasi inti secara tahunan di 2,75%.
Rilis ini masih sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi Mei secara MtM sebesar 0,25%. Sementara inflasi YoY diproyeksikan 3,3% dan inflasi inti YoY diramal 2,76%. Bahkan realisasinya sedikit lebih baik.
Pelaku pasar memang sudah terlebih dulu mengantisipasi bahwa inflasi akan terkendali pada Mei. Ini menjadi salah satu yang membuat rupiah menguat dalam beberapa waktu terakhir. Sepanjang pekan lalu, rupiah sudah menguat 0,68% terhadap greenback.
Artinya, laju inflasi Mei sudah priced in di mata investor. Akibatnya, begitu data dirilis maka yang terjadi adalah aksi ambil untung. Pameo buy the rumor and sell the news benar-benar berlaku di sini.
Investor pun kemudian memilih melakukan ambil untung (profit taking) yang sudah diakumulasikan dalam beberapa waktu terakhir. Rilis data inflasi belum mampu menjadi sentimen positif bagi rupiah, yang ada justru membebani. Rupiah mulai melemah selepas pukul 12:00 WIB, seusai rilis data inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (4/6/2018) pukul 16:05 WIB, rupiah cenderung melemah di hadapan sejumlah mata uang Asia dan Eropa. Berikut pergerakan rupiah terhadap beberapa mata uang utama seperti yang dilansir dari Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Change (%) |
Ringgit Malaysia | Rp 3.490,19 | -0,15 |
Dolar Singapura | Rp 10.389,60 | -0,14 |
Yuan China | Rp 2.164,62 | -0,09 |
Dolar Australia | Rp 10.605,48 | -1,01 |
Yen Jepang | Rp 126,45 | +0,23 |
Euro | Rp 16.252,26 | -0,14 |
Poundsterling | Rp 18.565,14 | -0,19 |
Dolar Amerika Serikat (AS)* | Rp 13.867,00 | +0,17 |
Pagi tadi, rupiah sempat menguat terhadap berbagai mata uang. Namun kondisi itu berbalik setelah BPS mengumumkan data inflasi Mei 2018.
Laju inflasi Mei secara bulanan (month-to-month/MtM) adalah 0,21%. Kemudian inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 3,23% dan inflasi inti secara tahunan di 2,75%.
Pelaku pasar memang sudah terlebih dulu mengantisipasi bahwa inflasi akan terkendali pada Mei. Ini menjadi salah satu yang membuat rupiah menguat dalam beberapa waktu terakhir. Sepanjang pekan lalu, rupiah sudah menguat 0,68% terhadap greenback.
Artinya, laju inflasi Mei sudah priced in di mata investor. Akibatnya, begitu data dirilis maka yang terjadi adalah aksi ambil untung. Pameo buy the rumor and sell the news benar-benar berlaku di sini.
Investor pun kemudian memilih melakukan ambil untung (profit taking) yang sudah diakumulasikan dalam beberapa waktu terakhir. Rilis data inflasi belum mampu menjadi sentimen positif bagi rupiah, yang ada justru membebani. Rupiah mulai melemah selepas pukul 12:00 WIB, seusai rilis data inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular