
Indeks Manufaktur Membaik, Rupiah Menguat Versus Yuan
Houtmand P Saragih & Alfado Agustio, CNBC Indonesia
04 June 2018 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China bergerak menguat pada perdagangan pagi ini, didukung rilis data manufaktur Indonesia jelang pengumuman data inflasi domestik.
Pada Senin (04/06/2018) pukul 10:30 WIB, CNY 1 dibanderol Rp 2.159,59. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional semakin mantap menjauhi posisi Rp 2.300,00 Berikut perkembangan perdagangan yuan hingga pukul 10:35 WIB :
Pagi ini, terdapat rilis data yang positif bagi Indonesia. Nikkei Manufacturing PMI periode Mei berada di angka 51,7, lebih tinggi dari capaian April yang sebesar 51,6. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia, di mana angka di atas 50 menandakan ekspansi.
Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB).
Pada triwulan I-2018 saja, industri manufaktur berkontribusi sebesar 20,27% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, perbaikan di sektor ini mengindikasikan pemulihan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan sehingga memberikan sentimen positif di mata investor.
Kemudian, investor juga menantikan rilis data inflasi Mei 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Mei secara month to month (MtM) sebesar 0,25%. Sementara, inflasi tahunan (year on year/YoY) diproyeksikan 3,30% dan inflasi inti YoY diramal 2,76%.
Jika proyeksi ini terwujud, maka laju inflasi domestik masih relatif terkendali. Hingga separuh Ramadan, inflasi belum menunjukkan lonjakan yang berarti. Kini investor tinggal menantikan inflasi Juni, yang mungkin menjadi puncak karena merupakan paruh kedua Ramadan dan kemudian hari raya Idul Fitri.
Laju inflasi yang masih 'jinak' bisa menjadi sentimen positif di pasar. Ketika inflasi terkendali, maka daya beli masyarakat pun tidak terlalu tergerus sehingga berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini terhitung masih menguntungkan.
Akibat dua sentimen positif ini, arus modal asing pun cukup deras masuk ke Indonesia. Hingga pukul 10.50 WIB, investor asing membukukan beli bersih Rp 113,19 miliar di pasar saham. Derasnya aliran modal ini turut mendorong rupiah terapresiasi terhadap berbagai mata uang, termasuk yuan China.
TIM RISET CNBC INDONSIA
Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal
Pada Senin (04/06/2018) pukul 10:30 WIB, CNY 1 dibanderol Rp 2.159,59. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
![]() |
Bank | Harga Beli | Status | Harga Jual | Status |
Bank Mandiri | Rp 2.062,00 | Turun | Rp 2.215,00 | Turun |
Bank BRI | Rp 2.087,87 | Turun | Rp 2.250,21 | Turun |
Bank BCA | Rp 2.094,00 | Turun | Rp 2.225,00 | Turun |
Pagi ini, terdapat rilis data yang positif bagi Indonesia. Nikkei Manufacturing PMI periode Mei berada di angka 51,7, lebih tinggi dari capaian April yang sebesar 51,6. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia, di mana angka di atas 50 menandakan ekspansi.
Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB).
Kemudian, investor juga menantikan rilis data inflasi Mei 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Mei secara month to month (MtM) sebesar 0,25%. Sementara, inflasi tahunan (year on year/YoY) diproyeksikan 3,30% dan inflasi inti YoY diramal 2,76%.
Jika proyeksi ini terwujud, maka laju inflasi domestik masih relatif terkendali. Hingga separuh Ramadan, inflasi belum menunjukkan lonjakan yang berarti. Kini investor tinggal menantikan inflasi Juni, yang mungkin menjadi puncak karena merupakan paruh kedua Ramadan dan kemudian hari raya Idul Fitri.
Laju inflasi yang masih 'jinak' bisa menjadi sentimen positif di pasar. Ketika inflasi terkendali, maka daya beli masyarakat pun tidak terlalu tergerus sehingga berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini terhitung masih menguntungkan.
Akibat dua sentimen positif ini, arus modal asing pun cukup deras masuk ke Indonesia. Hingga pukul 10.50 WIB, investor asing membukukan beli bersih Rp 113,19 miliar di pasar saham. Derasnya aliran modal ini turut mendorong rupiah terapresiasi terhadap berbagai mata uang, termasuk yuan China.
TIM RISET CNBC INDONSIA
Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal
Most Popular