
Bunga Acuan Naik, Rupiah Menguat 0,58% di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2018 10:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat cukup signifikan. Situasi politik Italia yang mulai kondusif dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate membantu penguatan mata uang Tanah Air.
Pada Kamis (31/5/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.951. Rupiah menguat 0,58% dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah pun bergerak menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dibanderol Rp 13.905. Rupiah menguat 0,57% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah ditopang oleh arus modal yang sepertinya cukup deras masuk ke pasar keuangan domestik. Meski di pasar saham investor asing masih membukukan jual bersih Rp 30,76 miliar hingga pukul 10:08 WIB, tetapi nampaknya arus modal masuk ke pasar obligasi. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang hari ini kembali turun ke 7,15% dari posisi kemarin di 7,174%.
Di pasar Non Deliverable Forward (NDF), rupiah pun menguat. Dolar AS sudah dijual di Rp 14.030-14.000, tidak lagi di kisaran Rp 14.100.
Sentimen eksternal dan domestik suportif bagi rupiah. Dari luar, situasi Italia lebih kondusif dibandingkan kemarin karena koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima legowo untuk tidak mencalonkan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi.
Sebelumnya, pencalonan Savona ditolak oleh Presiden Sergio Mattarella sehingga menciptakan ketidakpastian dalam upaya menyusun koalisi pemerintahan. Italia pun kemungkinan harus menggelar pemilu ulang karena pemilu sebelumnya gagal menciptakan kekuatan mayoritas di parlemen.
"Saya berharap kita bisa membentuk pemerintahan. Nanti kita lihat saja," ujar Matteo Salvini, Pemimpin Liga, seperti dikutip Reuters.
Perkembangan positif di Italia membuat investor tidak lagi risk on dan mulai berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Ini membantu masuknya dana asing ke Indonesia dan memperkuat rupiah.
Sementara dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate dari 4,5% menjadi 4,75% mulai menuai reaksi. Suku bunga yang baru memang baru berlaku hari ini meski diumumkan kemarin.
Dengan menaikkan suku bunga acuan, pelaku pasar menilai kali ini BI sudah ahead the curve karena mengantisipasi pertemuan The Federal Reserve/The Fed dengan baik. Pada pertemuan The Fed 13 Juni mendatang, pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2%. Kemungkinannya adalah 91,3% alias sangat hampir pasti.
Kenaikan BI 7 day reverse repo rate diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan. Jika BI harus menunggu sampai RDG terjadwal, maka bisa jadi sangat terlambat karena baru dilakukan pada 27-28 Juni. Ada jeda dua minggu, dan tentunya BI akan behind the curve.
Apresiasi investor ini membuat rupiah terapresiasi. Sebab, Indonesia kini menawarkan bunga yang bersaing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Jaya di Pasar Spot
Pada Kamis (31/5/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.951. Rupiah menguat 0,58% dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah pun bergerak menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dibanderol Rp 13.905. Rupiah menguat 0,57% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Di pasar Non Deliverable Forward (NDF), rupiah pun menguat. Dolar AS sudah dijual di Rp 14.030-14.000, tidak lagi di kisaran Rp 14.100.
Sentimen eksternal dan domestik suportif bagi rupiah. Dari luar, situasi Italia lebih kondusif dibandingkan kemarin karena koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima legowo untuk tidak mencalonkan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi.
Sebelumnya, pencalonan Savona ditolak oleh Presiden Sergio Mattarella sehingga menciptakan ketidakpastian dalam upaya menyusun koalisi pemerintahan. Italia pun kemungkinan harus menggelar pemilu ulang karena pemilu sebelumnya gagal menciptakan kekuatan mayoritas di parlemen.
"Saya berharap kita bisa membentuk pemerintahan. Nanti kita lihat saja," ujar Matteo Salvini, Pemimpin Liga, seperti dikutip Reuters.
Perkembangan positif di Italia membuat investor tidak lagi risk on dan mulai berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang. Ini membantu masuknya dana asing ke Indonesia dan memperkuat rupiah.
Sementara dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate dari 4,5% menjadi 4,75% mulai menuai reaksi. Suku bunga yang baru memang baru berlaku hari ini meski diumumkan kemarin.
Dengan menaikkan suku bunga acuan, pelaku pasar menilai kali ini BI sudah ahead the curve karena mengantisipasi pertemuan The Federal Reserve/The Fed dengan baik. Pada pertemuan The Fed 13 Juni mendatang, pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75-2%. Kemungkinannya adalah 91,3% alias sangat hampir pasti.
Kenaikan BI 7 day reverse repo rate diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan. Jika BI harus menunggu sampai RDG terjadwal, maka bisa jadi sangat terlambat karena baru dilakukan pada 27-28 Juni. Ada jeda dua minggu, dan tentunya BI akan behind the curve.
Apresiasi investor ini membuat rupiah terapresiasi. Sebab, Indonesia kini menawarkan bunga yang bersaing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Jaya di Pasar Spot
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular