Gaduh Italia Reda dan Bunga Acuan Naik, Rupiah Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2018 08:53
Situasi Eropa yang mulai sejuk membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Foto: REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Situasi Eropa yang mulai sejuk membuat investor berani mengambil risiko dan masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Pada Kamis (31/5/2018), US$ 1 di pembukaan pasar spot dibanderol Rp 13.940. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Seiring jalan, penguatan rupiah agak berkurang. Pada pukul 08:30 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 13.950. Rupiah masih menguat, tetapi lebih melandai di 0,25%. 

Sementara mata uang Asia cenderung melemah. Selain rupiah, hanya yen Jepang, yuan China, dan rupee India yang menguat. Apresiasi rupiah jadi yang terbaik ketiga setelah rupee dan yen. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang108,61+0,27
Yuan China6,41+0,07
Won Korsel1.077,19-0,13
Dolar Taiwan29,98-0,23
Rupee India67,43+0,59
Dolar Singapura1,34-0,10
Peso Filipina52,54-0,08
Baht Thailand32,03-0,03
 
Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang sedang dalam mode defensif. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, masih melemah meski tinggal 0,04%. Koreksi Dollar Index sempat mencapai 0,81%. 

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh situasi Italia yang membaik. Gaduh politik di Italia mulai mereda kala Gerakan Bintang Lima mencoba membentuk koalisi pemerintahan dengan membatalkan pencalonan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Sebelumnya, Gerakan Bintang Lima dan Liga mencalonkan Savona tetapi ditolak oleh Presiden Mattarella sehingga menciptakan ketidakpastian dalam upaya menyusun koalisi pemerintahan. 

"Saya berharap kita bisa membentuk pemerintahan. Nanti kita lihat saja," ujar Salvini, Pemimpin Liga, seperti dikutip Reuters. 

Selain itu, lelang obligasi pemerintah Italia juga berlangsung lancar, sehingga menghapuskan anggapan bahwa pelaku pasar sedang enggan masuk ke pasar Negeri Menara Pisa. Kemarin, Italia melelang dua seri obligasi yaitu tenor 5 tahun dan 10 tahun.  

Hasilnya cukup memuaskan, di mana Italia berhasil meraup dana 5,57 miliar euro. Angka ini berada dalam kisaran target indikatif pemerintah yaitu 3,75-6 miliar euro. 

Perkembangan ini membuat sentimen negatif besar yang menghantui pada perdagangan kemarin sudah mulai mereda. Kini pelaku pasar bisa kembali berani masuk ke instrumen berisiko. Indonesia sepertinya menjadi salah satu pilihan sehingga mendukung apresiasi nilai tukar rupiah.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga sudah menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate dalam Rapat Dewan Gubernur tambahan kemarin. Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan kebijakan ini bersifat pre-emtif, front loading, dan ahead the curve mengingat The Federal Reserve/The Fed akan mengadakan rapat pada 13 Juni. Dalam rapat tersebut, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,75-2%.

Oleh karena itu, BI mengambil langkah terlebih dulu untuk mengatisipasi hasil rapat The Fed. Sebab jika harus menunggu RDG rutin, maka harus menunggu sampai 28 Juni. BI akan kembali behind the curve, seperti yang terjadi saat kenaikan 7 days reverse repo rate pertama pada 17 Mei lalu.

"Ini bagian dari kebijakan jangka pendek yang memprioritaskan stabilitas, khususnya nilai tukar rupiah. Kenaikan suku bunga merupakan langkah pre-emptif, front loading, dan ahead the curve," kata Perry dalam jumpa pers kemarin.

Suku bunga acuan 4,75% baru efektif berlaku hari ini. Bisa jadi kenaikan ini juga berkontribusi terhadap penguatan rupiah, karena suku bunga di Indonesia menjadi lebih menarik bagi aliran modal asing.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular