
Rupiah Menguat, Harga Jual Dolar Australia Jauhi Rp 11.000
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 May 2018 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia bergerak menguat pada perdagangan menjelang siang hari ini. Penguatan ini didorong oleh sinyal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Pada Senin (28/5/2018) pukul 11:15 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.588,45. Rupiah bergerak menguat 0,62% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Penguatan rupiah mendorong harga jual dolar Australia di beberapa bank nasional turun dan menjauhi posisi Rp 11.000. Berikut data perdagangan dolar Australia hingga pukul 11:05 WIB:
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa nilai tukar rupiah telah menjauh dari nilai fundamental yang seharusnya. BI pun kemudian memutuskan untuk menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei, di luar jadwal RDG yang sudah ditetapkan.
Perry juga telah memberi sinyal bahwa bank sentral membuka ruang untuk menaikkan lagi suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Pada 17 Mei lalu, BI telah menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi Rp 4,5%. Namun kenaikan ini kurang direspons oleh pasar.
Salah satunya karena ada anggapan BI telah ketinggalan (behind the curve) karena bank sentral lain telah terlebih dulu menaikkan suku bunga. Kala sentimen negatif eksternal sudah menumpuk, keputusan BI menaikkan suku bunga dinilai sudah terlambat.
Kini, Perry seakan tidak mau hal itu terulang kembali. Jelang rapat The Federal Reserve/The Fed pada 13 Juni mendatang, yang kemungkinan besar akan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan, BI tidak mau lagi ketinggalan kereta.
"Untuk FOMC (Federal Open Market Commitee) meeting. We want to be ahead the curve," tegas Perry dalam konferensi pers hari ini.
Kode keras dari Perry ini membuat pelaku pasar kian yakin bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 30 Mei. Akibatnya, modal asing pun mengalir deras ke pasar keuangan domestik. Ini menjadi salah satu faktor penyebab penguatan rupiah terhadap berbagai mata uang, termasuk dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pada Senin (28/5/2018) pukul 11:15 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.588,45. Rupiah bergerak menguat 0,62% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
![]() |
Penguatan rupiah mendorong harga jual dolar Australia di beberapa bank nasional turun dan menjauhi posisi Rp 11.000. Berikut data perdagangan dolar Australia hingga pukul 11:05 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.410,00 | Rp 10.767,00 |
Bank BNI | Rp 10.456,00 | Rp 10.746,00 |
Bank BRI | Rp 10.636,09 | Rp 10.793,93 |
Bank BTN | Rp 10.542,00 | Rp 10.756,00 |
Bank BCA | Rp 10.520,00 | Rp 10.812,00 |
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa nilai tukar rupiah telah menjauh dari nilai fundamental yang seharusnya. BI pun kemudian memutuskan untuk menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei, di luar jadwal RDG yang sudah ditetapkan.
Salah satunya karena ada anggapan BI telah ketinggalan (behind the curve) karena bank sentral lain telah terlebih dulu menaikkan suku bunga. Kala sentimen negatif eksternal sudah menumpuk, keputusan BI menaikkan suku bunga dinilai sudah terlambat.
Kini, Perry seakan tidak mau hal itu terulang kembali. Jelang rapat The Federal Reserve/The Fed pada 13 Juni mendatang, yang kemungkinan besar akan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan, BI tidak mau lagi ketinggalan kereta.
"Untuk FOMC (Federal Open Market Commitee) meeting. We want to be ahead the curve," tegas Perry dalam konferensi pers hari ini.
Kode keras dari Perry ini membuat pelaku pasar kian yakin bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 30 Mei. Akibatnya, modal asing pun mengalir deras ke pasar keuangan domestik. Ini menjadi salah satu faktor penyebab penguatan rupiah terhadap berbagai mata uang, termasuk dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular