Rupiah Sedang Unggul Terhadap Yuan

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 May 2018 10:54
Kombinasi sentimen perang dagang AS-China dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan angkat kurs rupiah terhadap yuan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China bergerak menguat pada perdagangan pagi ini, didorong oleh perkiraan suku bunga acuan di Indonesia yang akan naik serta perkembangan terkini negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Pada Senin (24/05/2018) pukul 10:20 WIB, CNY 1 dibanderol Rp 2.190,78. Rupiah bergerak menguat 0,77% dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu. 
Rupiah Untuk Sementara Unggul Terhadap YuanSumber: Reuters
Penguatan rupiah mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional semakin menjauhi level 2.300. Berikut perkembangan perdagangan yuan hingga pukul 10:20 WIB: 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 2.101,00Rp 2.256,00
Bank BRIRp 2.139,20Rp 2.298,80
Bank BTNRp 2.108,00Rp 2.333,00
Bank BCARp 2.138,00Rp 2.269,00

Pasar berspekulasi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tengah berancang-ancang untuk kembali menaikkan suku bunga acuan, menyesuaikan kondisi global di mana The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya pada Juni mendatang.

CME Fed Watch Tool memproyeksi akan terjadi kenaikan sebesar 25 basis poin ke rentang 1,75-2,00% dengan tingkat keyakinan mencapai 91,3%. 

Guna mencegah aliran modal asing keluar dari Indonesia, BI harus menerapkan kebijakan lebih agresif agar investor asing tetap menahan dananya. Jika aliran modal asing keluar, maka pelemahan rupiah akan terjadi dan berpotensi bisa semakin dalam.

Sebelumnya BI telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke 4,5%. Namun, kenaikan tersebut kurang manjur menahan pelemahan rupiah yang sempat menembus Rp 14.200/US$.

Karenanya, BI diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi guna menciptakan tingkat return yang lebih menarik sehingga investor asing tetap tertarik menahan dananya atau diinvestasikan di pasar keuangan Indonesia.

Sementara, situasi regional kurang bersahabat akibat negosiasi perdagangan AS-China yang menemui jalan terjal. Presiden Ameriks Serikat (AS) Donald Trump beberapa kali menyatakan kekecewaannya terhadap proses pembicaraan dengan Beijing. Menurut Trump, perlu ada struktur baru kesepakatan perdagangan dengan China. Sebab, struktur yang sekarang agak sulit dipenuhi.

Informasi yang beredar menyebutkan, AS ingin defisit perdagangan dengan China dipangkas US$200 miliar. Di sisi lain, China ingin agar sanksi terhadap perusahaan telekomunikasi ZTE dicabut sebelum memulai proses negosiasi yang lebih substansial.

Kedua permintaan itu sulit dipenuhi 100%, sehingga Trump ingin mengajukan struktur penawaran baru agar proses pembicaraan bisa lebih maju. Maju-mundurnya pembicaraan dagang AS-China membuat risiko perang dagang masih terbuka. Ketidakpastian itu, dikombinasikan dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Indonesia, membuat pelaku pasar memilih memegang rupiah.
(ags/wed) Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular