Ternyata Ini Alasan Perry Warjiyo Gelar RDG Insidentil
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
28 May 2018 10:40
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan tambahan di 30 Mei 2018. Gubernur BI, Perry Warjiyo, membeberkan alasan harus menggelar RDG tersebut.
"Fokus kami jangka pendek, stabilitas nilai tukar rupiah. Kami sudah jadwalkan RDG bulanan tambahan untuk rumuskan kebijakan," ungkap Perry dalam konferensi pers KSSK di Gedung Kemenkeu, Senin (28/5/2018).
"Ini bukan RDG emergency. Karena ini adalah RDG bulanan tambahan. Kami kalau melakukan respons cepat, RDG bulanan bisa ditambah karena ada perkembangan kuat," imbuh Perry.
Langkah RDG ini menurut Perry untuk antisipasi AS yang akan menggelar Rapat Federal Open Market Comittee (FOMC). Di mana diasumsikan suku bunga As masih akan dinaikkan.
"Ini langkah untuk FOMC meeting. We want to be ahead the curve. Kemudian kami optimalkan dual intervention," tegasnya.
Dual intervention, sambung Perry merupakan intervensi ganda yang dilakukan BI dalam menjaga stabilitas rupiah. Di mana BI melakukan intervensi di pasar valas dan pembelian kembali alias buyback di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Selain itu kami juga melakukan lelang term repo lebih sering dan aktif," tuturnya.
Siapkan Kebijakan Makroprudensial
Pada kesempatan yang sama, BI juga akan melonggarkan kebijakan makroprudensial terkait Loan to Value (LTV) sektor perumahan. Perry mengaku rasio LTV akan dilonggarkan.
"Dalam jangka pendek, kami tengah menyiapkan kebijakan khususnya yang terkait kebijakan makroprudensial. Kami sedang melihat relaksasi yang kita lakukan terkait LTV sektor perumahan," kata Perry.
Lebih jauh, Perry mengaku memang ada sejumlah kendala dalam proses penyaluran kredit. Sehingga, menurutnya, ada beberapa poin yang harus dilonggarkan.
"Sektor perumahan leading. Kalau pertumbuhannya bagus maka Insyallah pertumbuhan ekonomi akan naik," jelasnya.
(wed) Next Article Gubernur BI Yakin Ekonomi RI Tangguh, Ini Buktinya!
"Fokus kami jangka pendek, stabilitas nilai tukar rupiah. Kami sudah jadwalkan RDG bulanan tambahan untuk rumuskan kebijakan," ungkap Perry dalam konferensi pers KSSK di Gedung Kemenkeu, Senin (28/5/2018).
"Ini bukan RDG emergency. Karena ini adalah RDG bulanan tambahan. Kami kalau melakukan respons cepat, RDG bulanan bisa ditambah karena ada perkembangan kuat," imbuh Perry.
"Ini langkah untuk FOMC meeting. We want to be ahead the curve. Kemudian kami optimalkan dual intervention," tegasnya.
Dual intervention, sambung Perry merupakan intervensi ganda yang dilakukan BI dalam menjaga stabilitas rupiah. Di mana BI melakukan intervensi di pasar valas dan pembelian kembali alias buyback di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Selain itu kami juga melakukan lelang term repo lebih sering dan aktif," tuturnya.
Siapkan Kebijakan Makroprudensial
Pada kesempatan yang sama, BI juga akan melonggarkan kebijakan makroprudensial terkait Loan to Value (LTV) sektor perumahan. Perry mengaku rasio LTV akan dilonggarkan.
"Dalam jangka pendek, kami tengah menyiapkan kebijakan khususnya yang terkait kebijakan makroprudensial. Kami sedang melihat relaksasi yang kita lakukan terkait LTV sektor perumahan," kata Perry.
Lebih jauh, Perry mengaku memang ada sejumlah kendala dalam proses penyaluran kredit. Sehingga, menurutnya, ada beberapa poin yang harus dilonggarkan.
"Sektor perumahan leading. Kalau pertumbuhannya bagus maka Insyallah pertumbuhan ekonomi akan naik," jelasnya.
(wed) Next Article Gubernur BI Yakin Ekonomi RI Tangguh, Ini Buktinya!
Most Popular